Senin, 08 Juli 2013

Bayi Cerdas Sejak Dalam Kandungan

Bayi Cerdas Sejak Dalam Kandungan

Cerdas bukanlah keturunan. Cerdas dapat diciptakan atau diupayakan, itu yang perlu anda ingat. Untuk memiliki anak yang cerdas, orang tua harus menyiapkannya sedini mungkin. Terutama sejak dalam kandungan. Berikut tips bayi cerdas sejak dalam kandungan:
1.      Pola makan sehat.
Mengkonsumsi nutrisi lengkap dan bergizi adalah salah satu cara untuk mencerdaskan bayi anda. Asupan gizi yang cukup, selain menjaga kesehatan ibu, juga berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi anda secara sempurna.
2.      Sentuhan Lembut.
Sering-seringlah memberikan sentuhan lembut pada anak. Caranya dengan mengusap perut anda dengan lembut. Ajak juga suami anda untuk melakukan hal yang sama. Dengan sentuhan lembut, bayi akan merasakan perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Jika dewasa kelak, anak akan lebih penurut dan dekat dengan keluarga.
3.      Menyanyikan.
Sembari membelai lembut perut anda, tak ada salahnya anda juga menyanyikan bayi anda lagu-lagu riang. Selain bertujuan untuk membuat bayi anda terhibur bahagia, dengan bernyanyi juga menghindarkan ibu hamil dari stres.
4.      Bercerita.
Biasakanlah bercerita dengan anak meskipun masih berada dalam kandungan. Hal ini bermanfaat untuk mengenalkan kosa kata baru pada bayi anda meskipun dia belum tahu artinya. Bermanfaat juga untuk membangun kedekatan antara ibu dan anak.
5.      Musik klasik.
Putarlah musik klasik untuk bayi anda. Dengan mendengar musik klasik akan dapat merangsang pertumbuhan otak dan meningkatkan kecerdasan bayi sejak dini. Musik klasik cenderung membuat bayi lebih tenang dan nyaman, dengan demikian konsentrasi lebih mudah terbentuk.
6.      Berdoa.
Jika anda membelai perut untuk memberikan sentuhan lembut untuk bayi anda, tak ada salahnya anda juga menguntaikan doa dan harapan-harapan untuknya. Untaikan doa dengan lembut dan sedikt berbisik, hal ini mampu membantu menstimulasi kecerdasan bayi. Terutama kecerdasan spiritual.
7.      Hindari Stres
Sebisa mungkin ibu hamil menghindari stress. Selain mengganggu kesehatan ibu, stress juga mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan bayi dalam perut. Untuk menghindari stress, lakukan kegiatan yang menyenangkan dan hindari terlalu banyak pikiran.
8.      Hindari Merokok.
Jika anda ingin mendapatkan bayi cerdas dan sehat, hindari merokok. Penelitian menunjukan, ibu yang merokok selama hamil biasanya akan melahirkan bayi yang lebih kecil. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah di bawah 2500 gram sangat beresiko untuk mendapatkan berbagai masalah kesehatan. Termasuk masalah kesulitan dalam  belajar.
9.      Hindari minum alkohol.
Selain membahayakan bagi kesehatan ibu, alkohol juga sangat berbahaya untuk perkembangan otak bayi yang sedang berkembang. Ibu yang mengkonsumsi alkohol dapat melahirkan bayi dengan gangguan fetal alcohol syndrome. Yakni suatu kumpulan gejala yang terdiri dari berat badan lahir rendah, gangguan intelektual, hiperaktif, gangguan memori, dan gangguan kesehatan lainnya.
10.  Hindari Obat-obatan.
Obat-obatan seperti kokain atau zat psikoaktif dapat mempengaruhi perkembangan beberapa jenis reseptor sel saraf. Salah satunya adalah sel saraf yang membantu menghantarkan sinyal yang masuk lewat kulit, mata, dan telinga (sel sensorik). Jangan pula  mengkonsumsi jamu-jamuan yang belum anda ketahui secara benar manfaatnya, kecuali dengan resep dokter. Karena ditakutkan akan memperlambat perkembangan dan pertumbuhan bayi dalam rahim.
Semoga bermanfaat.
 

Kamis, 04 Juli 2013

Jerald F Dirks Temui Kenikmatan dan Disiplin dalam Islam


http://statis.dakwatuna.com/wp-content/uploads/2009/07/jerald-f-dirks.jpg
Add caption

dakwatuna.com – Jerald F Dirks, sebelumnya ialah seorang pendeta yang dinobatkan sebagai Ketua Dewan Gereja Metodis Kini peraih gelar Bachelor of Arts (BA) dan Master of Divinity (M Div) dari Universitas Harvard, serta pemegang gelar Master of Arts (MA) dan Doctor of Psychology (Psy D) dari Universtas Denver, Amerika Serikat, menjalani kehidupan sebagai seorang muslim.
Dibesarkan di tengah lingkungan masyarakat penganut kepercayaan Kristen Metodis, membuat Jerald kecil terbiasa dengan suara dentingan lonceng yang kerap mengalun dari sebuah bangunan tua Gereja Kristen Metodis yang berjarak hanya dua blok dari rumahnya. Bunyi lonceng yang bergema setiap Minggu pagi ini menjadi tanda bagi seluruh anggota keluarganya agar segera menghadiri kebaktian yang diadakan di gereja.
Tidak hanya dalam urusan kebaktian saja, tetapi juga dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak Gereja Kristen Metodis, seluruh anggota keluarga ini turut terlibat secara aktif. Karenanya tak mengherankan jika sejak usia kanak-kanak Jerald sudah diikutsertakan dalam kegiatan yang diadakan oleh pihak gereja. Salah satunya adalah mengikuti sekolah khusus selama dua pekan yang diadakan oleh pihak gereja setiap bulan Juni. Selama mengikuti sekolah khusus ini, para peserta mendapat pengajaran mengenai Bibel.
”Secara rutin saya mengikuti sekolah khusus ini hingga memasuki tahun kedelapan, selain kebaktian Minggu pagi dan sekolah Minggu yang diadakan setiap akhir pekan,” ungkap muallaf kelahiran Kansas tahun 1950 ini. Diantara para peserta sekolah khusus ini, Jerald termasuk yang paling menonjol. Tidak pernah sekalipun ia absen dari kelas. Dan dalam hal menghafal ayat-ayat dalam Bibel, ia kerap mendapatkan penghargaan.
Keikutsertaan Jerald dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh komunitas Gereja Metodis terus berlanjut hingga ia memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Diantaranya ia terlibat secara aktif dalam organisasi kepemudaan Kristen Metodis. Dia juga kerap mengisi khotbah dalam acara kebaktian Minggu yang khusus diadakan bagi kalangan anak muda seusianya.
Dalam perjalanannya, khotbah yang ia sampaikan ternyata menarik minat komunitas Kristen Metodis di tempat lain. Ia pun kemudian diminta untuk memberikan khotbah di gereja lain, panti jompo, dan dihadapan organisasi-organisasi kepemudaan yang berafiliasi dengan Gereja Metodis. Sejak saat itu Jerald bercita-cita ingin menjadi seorang pendeta kelak.
Ketika diterima di Universitas Harvard, Jerald tidak mensia-siakan kesempatan demi mewujudkan cita-citanya itu. Ia mendaftar pada kelas perbandingan agama yang diajar oleh Wilfred Cantwell Smith untuk dua semester. Di kelas perbandingan agama ini Jerald mengambil bidang keahlian khusus agama Islam.
Namun, selama mengikuti kelas ini Jerald justru lebih tertarik untuk mempelajari agama Budha dan Hindu. Dibandingkan dengan Islam, menurut dia, kedua ajaran agama ini tidak ada kemiripan sama sekali dengan keyakinan yang ia anut selama ini.
Akan tetapi untuk memenuhi tuntutan standar kelulusan akademik, Jerald diharuskan untuk membuat makalah mengenai konsep wahyu dalam Alquran. Ia mulai membaca berbagai literatur buku mengenai Islam, yang sebagian besar justru ditulis oleh para penulis non-muslim. Ia juga membaca dua Alquran terjemahan bahasa Inggris dalam versi yang berbeda.
Diluar dugaannya buku-buku tersebutlah yang di kemudian hari justru membimbingnya ke kondisi seperti saat ini. Makalah tersebut membuat pihak Harvard memberikan penghargaan Hollis Scholar kepada Jerald. Sebuah penghargaan tertinggi bagi para mahasiswa jurusan Teologi Universitas Harvard yang dinilai berprestasi.
Untuk mewujudkan cita-citanya, bahkan Jerald rela mengisi liburan musim panasnya dengan bekerja sebagai seorang pendeta cilik di sebuah Gereja Metodis terbesar di negeri Paman Sam tersebut. Pada musim panas itu pula ia mendapatkan sertifikat untuk menjadi seorang pengkhotbah dari pihak Gereja Metodis Amerika.
Setelah lulus dari Harvard College di tahun 1971, Jerald langsung mendaftar di Harvard Divinity School atau sejenis sekolah tinggi teologi atas beasiswa dari Gereja Metodis Amerika. Selama menempuh pendidikan di bidang teologi, Jerald juga mengikuti program magang sebagai di Rumah Sakit Peter Bent Brigham di Boston.
Ia lulus dari sekolah tinggi ini tahun 1974 dan mendapatkan gelar Master di bidang teologi. Selepas meraih gelar master teologi, ia sempat menghabiskan liburan musim panasnya dengan menjadi pendeta pada dua Gereja Metodis Amerika yang berada di pinggiran Kansas.
Aktivitasnya sebagai seorang pendeta tidak hanya terbatas di lingkungan gereja saja. Ia mulai merambah ke cakupan yang lebih luas, mulai dari lingkungan sekolah, perkantoran, hingga pesan-pesan ajaran Kristen Metodis ia juga gencar sampaikan kepada para pasien yang datang ke tempat praktiknya sebagai seorang dokter ahli kejiwaan.

Meninggalkan aktivitas gereja
Namun, berbagai upaya dakwah ini dinilainya tidak memberikan dampak positif terhadap kehidupan masyarakat di sekitar ia tinggal. Ia justru menyaksikan terjadinya penurunan moralitas di tengah-tengah kehidupann beragama masyarakat Amerika. Bahkan kondisi serupa juga terjadi di lingkungan gereja.
”Dua dari tiga pasangan di Amerika selalu berakhir dengan perceraian, aksi kekerasan meningkat di lingkungan sekolah dan di jalanan, tidak ada lagi rasa tanggung jawab dan disiplin di kalangan anak muda. Bahkan yang lebih mencengangkan diantara para pemuka Kristen ada yang terlibat dalam skandal seks dan keuangan. Masyarakat Amerika seakan-akan sedang menuju kepada kehancuran moral,” paparnya.
Melihat kenyataan seperti ini, Jerald mengambil keputusan untuk menyendiri dan tidak lagi menjalani aktivitasnya memberikan pelayanan dan khotbah kepada para jemaat. Sebagai gantinya ia memutuskan untuk ikut terlibat aktif dalam kegiatan penelitian yang dilakukan oleh sang istri. Penelitian mengenai sejarah kuda Arab ini membuat ia dan istrinya melakukan banyak kontak dengan warga Amerika keturunan Muslim Arab . Salah satunya adalah dengan Jamal.
Babak pergaulan dengan Arab Muslim
Pertemuan Jerald dengan pria Arab-Amerika ini pertama kali terjadi pada musim panas tahun 1991. Dari awalnya sekedar berhubungan melalui sambungan telepon, kemudian berlanjut pada saat Jamal berkunjung ke rumah Jerald. Pada kunjungan kali pertama ini, Jamal menawarkan jasa untuk menterjemahkan berbagai literatur dari bahasa Arab ke Inggris yang disambut baik oleh Jerald dan istrinya.
Ketika waktu shalat ashar tiba, sang tamu kemudian meminta izin agar diperbolehkan menggunakan kamar mandi dan meminjam selembar koran untuk digunakan sebagai alas shalat. Apa yang diminta oleh tamunya itu diambilkan oleh Jerald, kendati dalam hati kecilnya ia berharap bisa meminjamkan sesuatu yang lebih baik dari sekedar lembaran surat kabar sebagai alas shalat. Untuk kali pertama ia melihat gerakan shalat dalam agama Islam.
Aktivitas shalat ashar itu terus ia lihat manakala Jamal dan istrinya berkunjung ke rumah mereka seminggu sekali. Dan, hal itu membuat Jerald terkesima. ”Selama berada di rumah kami, tidak pernah sekalipun ia memberikan komentar mengenai agama yang kami anut. Begitu juga ia tidak pernah menyampaikan ajaran agama yang diyakininya kepada kami. Yang dia lakukan hanya memberikan contoh nyata yang amat sederhana, seperti berbicara dengan suara serendah mungkin jika ada diantara kami yang bertanya mengenai agamanya. Ini yang membuat kami kagum,” ungkapnya.
Dari perkenalannya dengan Jamal dan keluarganya, justru Jerald mendapat banyak pelajaran yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya. Sang tamu telah menunjukkan kepadanya sebuah pelajaran disiplin melalui shalat yang dilaksanakannya. Selain pelajaran moral dan etika yang diperlihatkan Jamal dalam urusan bisnis dan sosialnya serta cara Jamal berkomunikasi dengan kedua anaknya. ”Begitu juga yang dilakukan oleh istrinya menjadi contoh bagi istriku.”
Tidak hanya itu, dari kunjungan tersebut Jerald juga mendapatkan pengetahuan seputar dunia Arab dan Islam. Dari Jamal, ia bisa mengetahui tentang sejarah Arab dan peradaban Islam, sosok Nabi Muhammad, serta ayat-ayat Alquran berikut makna yang terkandung di dalamnya. Setidaknya Jerald meminta waktu kurang lebih 30 menit kepada tamunya untuk berbicara mengenai segala aspek seputar Islam. Dari situ, diakui Jerald, dirinya mulai mengenal apa dan bagaimana itu Islam.
Kemudian oleh Jamal, Jerald sekeluarga diperkenalkan kepada keluarga Arab lainnya di masyarakat Muslim setempat. Diantaranya keluarga Wa el dan keluarga Khalid. Dan secara kontinyu, ia melakukan interaksi sehari-hari dengan komunitas keluarga Arab Amerika ini. Dari interaksi tersebut, Jerald mendapatkan sesuatu ajaran dalam Islam yang selama ini tidak ia temui manakalan berinteraksi dengan komunitas masyarakat Kristen, yakni rasa persaudaraan dan toleransi.
Baru di awal Desember 1992, sebuah pertanyaan mengganjal timbul dalam pikirannya, ”Dirinya adalah seorang pemeluk Kristen Metodis, tapi kenapa dalam keseharian justru bergaul dan berinteraksi dengan komunitas masyarakat Muslim Arab?.” Sebuah komunitas masyarakat yang menurutnya menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika, serta mengedepankan sikap saling menghargai baik terhadap pasangan masing-masing, anggota keluarga maupun sesama. Sebuah kondisi yang pada masa sekarang hampir tidak ia temukan dalam masyarakat Amerika.
Serangkaian Kejadian Tak Terduga
Untuk menjawab keraguannya itu, Jerald memutuskan untuk mempelajari lebih dalam ajaran Islam melalui kitab suci Alquran. Dalam perjalanannya mempelajari Aquran, sang pendeta ini justru menemukan nilai-nilai yang sesuai dengan hati kecilnya yang selama ini tidak ia temukan dalam doktrin ajaran Kristen yang dianutnya.
Kendati demikian, hal tersebut tidak lantas membuatnya memutuskan untuk masuk Islam. Ia merasa belum siap untuk melepaskan identitas yang dikenakan selama hampir 43 tahun lamanya dan berganti identitas baru sebagai seorang muslim.
Begitu pun ketika ia bersama sang istri memutuskan untuk mengunjungi kawasan Timur Tengah di awal tahun 1993. Ketika itu, ia seorang diri makan di sebuah restoran yang hanya menyajikan makanan Arab setempat. Sang pemilik restoran, Mahmoud, kala itu memergoki dirinya tengah membaca sebuah Alquran terjemahan bahasa Inggris. Tanpa berkata sepatah kata pun, Mahmoud melontarkan senyum ke arah Jerald.
Kejadian tak terduga lagi-lagi menghampirinya. Istri Mahmoud, Iman, yang merupakan seorang Muslim Amerika, mendatangi mejanya sambil membawakan menu yang ia pesan. Kepadanya Iman berkomentar bahwa buku yang ia baca adalah sebuah Alquran. Tidak hanya itu, Iman juga bertanya apakah Jerald seorang muslim sama seperti dirinya. Pertanyaan tersebut lantas ia jawab dengan satu kata: Tidak.
Namun ketika Imam menghampiri mejanya untuk menyerahkan bukti tagihan, tanpa disadari Jerald melontarkan kalimat permintaan maaf atas sikapnya, seraya berkata: ”Saya takut untuk menjawab pertanyaan Anda tadi. Namun jika Anda bertanya kepada saya apakah saya percaya bahwa Tuhan itu hanya satu, maka jawaban saya adalah ya. Jika Anda bertanya apakah saya percaya bahwa Muhammad adalah salah satu utusan Tuhan, maka jawaban saya akan sama, iya.” Mendengar jawaban tersebut, Iman hanya berkata: ”Tidak masalah, mungkin bagi sebagian orang butuh waktu lama dibandingkan yang lain.”
Ikut berpuasa dan shalat
Ketika memasuki minggu kelima masa liburannya di Timur Tengah atau bertepatan dengan masuknya bulan Ramadhan yang jatuh pada bulan Maret tahun 1993, untuk kali pertama Jerald dan istrinya menikmati suasana lain dari ibadah orang Muslim. Demi menghormati masyarakat sekitar, ia dan istri ikut serta berpuasa. Bahkan pada saat itu, Jerald juga mulai ikut-ikutan melaksanakan shalat lima waktu bersama-sama para temannya yang Muslim dan kenalan barunya yang berasal dari Timur Tengah.
Bersamaan dengan akan berakhirnya masa liburannya menjelajah kawasan Timur Tengah, hidayah tersebut akhirnya datang. Peristiwa penting dalam hidup Jerald ini terjadi manakala ia diajak seorang teman untuk mengunjungi Amman, ibukota Yordania.
Pada saat ia melintas di sebuah jalan di pusat ibukota, tiba-tiba seseorag lelaki tua datang menghampirinya seraya mengucapkan, Salam Alaikum dan mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman, serta melontarkan pertanyaan apakah iaseorang Muslim?. Sapaan salam dalam ajaran Islam itu membuatnya kaget. Di sisi lain, karena kendala bahasa, ia bingung harus menjelaskan dengan cara apa ke orang tua tersebut bahwa ia bukan seorang Muslim. Terlebih lagi teman yang bersamanya juga tidak mengerti bahasa Arab.
Mengikrarkan Keislaman
Saat itu Jerald merasa dirinya tengah terjebak dalam situasi yang sulit diungkapkan. Pilihan yang ada dihadapannya saat itu hanya dua, yakni berkata N’am yang artinya iya atau berkata La yang berarti tidak. Hanya ia yang bisa menentukan pilihan tersebut, sekarang atau tidak sama sekali.
Setelah berpikir agak lama dan memohon petunjuk dari Allah, Jerald pun menjawabnya dengan perkataan N’am. Sejak peristiwa tersebut, ia resmi menyatakan diri masuk Islam. Beruntung hidayah tersebut juga datang lepada istrinya di saat bersamaan. Sang istri yang kala itu berusia 33 tahun juga menyatakan diri sebagai seorang Muslimah.
Bahkan tidak lama berselang setelah kepulangannya ke Amerika, salah seorang tetangganya yang juga merupakan seorang pendeta mendatangi kediamannya dan menyatakan ketertarikannya tehadap ajaran Islam. Dihadapannya, tetangganya yang telah berhenti menjadi pendeta Metodis ini pun berikrar masuk Islam.
Kini hari-hari Jerald dihabiskan untuk kegiatan menulis dan memberikan ceramah tentang Islam dan hubungan antara Islam dan Kristen. Bahkan ia juga kerap diundang sebagai bintang tamu dalam program Islam di televisi di banyak negara.
Salah satu hasil karyanya yang menjadi best seller adalah “The Cross and the Crescent: An Interfaith Dialogue between Christianity and Islam”. Selain itu ia juga menulis lebih dari 60 artikel tentang ilmu perilaku, dan lebih dari 150 artikel tentang kuda Arab dan sejarahnya.  (RoL/dia/berbagai sumber)

Jumat, 07 Juni 2013

Bibel, Al-Quran, dan Ilmu Pengetahuan Modern

Bibel, Al-Quran, dan Ilmu Pengetahuan Modern

Bibel, Al-Quran, dan Ilmu Pengetahuan Modern, adalah judul sebuah buku yang ditulis oleh Prof. Dr. Maurice Bucaille. Bibel, Qur'an dan Ilmu Pengetahuan Modern judul asli dalam bahasa Perancis La Bible, le Coran et la Science (1976) menjadi best-seller internasional di dunia Muslim dan telah diterjemahkan ke hampir semua bahasa utama umat Muslim di dunia. Bucaille menjadi ternama dengan karyanya ini. Karyanya ini mencoba menerangkan bahwa Al Qur'an sangat konsisten dengan ilmu pengetahuan dan sains, namun bahwa Alkitab atau Bibel tidaklah demikian. Bucaille dalam bukunya mengkritik Bibel yang ia anggap tidak konsisten dan penurunannya bisa diragukan.


Dr. Maurice Bucaille (lahir di Pont-l'Eveque, 19 Juli 1920 – meninggal 17 Februari 1998 pada umur 77 tahun) adalah seorang ahli bedah berkebangsaan Perancis. Bucaille dalam bukunya mengkritik Alkitab atau Bibel yang ia anggap tidak konsisten dan penurunannya bisa diragukan. Sedangkan dalam Al Qur'an terdapat banyak kecocokan dengan fakta sains. Di antaranya ialah: "Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan." (QS 27:88)

Bucaille menjelaskan bahwa ternyata gunung-gunung bersama dengan lempeng bumi bergerak. Jadi ayat Al Qur'an di atas sesuai dengan ilmu pengetahuan.

Pada pertengahan tahun 1975 Perancis menawarkan diri pada pemerintah Mesir untuk meneliti mumi Firaun. Setelah disetujui, mumi Firaun dibawa ke Perancis untuk diteliti lebih lanjut dibawah pimpinan Prof. Dr. Maurice Bucaille. Setelah melakukan pembedahan, ternyata hasil akhir yang ia peroleh sangat mengejutkan! Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi adalah bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam. Setelah ditemukan dari laut jasadnya segera dikeluarkan dan kemudian dibalsem untuk dijadikan mumi agar awet. Penemuan tersebut masih menyisakan sebuah pertanyaan dalam kepala sang professor. Bagaimana jasad tersebut bisa lebih baik dari jasad-jasad yang lain, padahal dia dikeluarkan dari laut?

Hasil penelitiannya kemudian dia terbitkan dengan judul Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern atau judul aslinya , Les momies des Pharaons et la médecine. Berkat buku ini, dia menerima penghargaan Le prix Diane-Potier-Boès (penghargaan dalam sejarah) dari Académie française dan Prix general (Penghargaan umum) dari Academie nationale de medicine, Perancis.

Ditengah kepuasan atas semua prestasinya itu, ada seorang teman Bucaille mengatakan “jangan tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini”. Bucaille awalnya mengingkari kabar ini dengan keras sekaligus menanggapinya mustahil. Bagaimana tidak, pengungkapan rahasia seperti ini tidak mungkin diketahui kecuali dengan perkembangan ilmu modern, melalui peralatan canggih yang mutakhir dan akurat.

Ditengah kebingungan ini, Bucaille bertanya kepada ilmuwan muslim dan tentu saja langsung ditunjukkan salah satu ayat Al-Quran “Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu (Firaun) supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS Yunus [10]: 92).

Ayat ini sangat menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan bahwa ayat Al-Quran tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya bergetar dan mengakui “Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman dengan Al-Quran ini”.

Kisah masuk Islam-nya Prof. Dr. Maurice Bucaille sejatinya mencerahkan kita. Bahwa keimanan yang sebenarnya, lahir dari sebuah proses berfikir, bukan semata-mata ikut-ikutan atau warisan orang tua. Ini juga menjadi bukti kebenaran Al-Quran sebagai wahyu Allah. Makanya sudah pasti kalo hidup kita diatur oleh hukum-hukum Islam yang bersumber dari Al-Quran, Sunnah, Ijma, dan Qiyas, dijamin akan berkah dunia akhirat

Sebarkan dan raih amal shaleh.... 

Kamis, 06 Juni 2013

MI’ROJ LAH DENGAN SHALATMU

Add caption

Hampir semua perintah ibadah di dalam Islam ditetapkan melalui wahyu, kecuali sholat. Ibadah sholat fardlu lima waktu adalah ibadah istimewa yang diterima dan disyariatkan melalui peristiwa fenomenal, mukjizat Isro’- Mi’roj.  Manakala seorang mukmin melaksanakan sholat sebagaimana Nabi Muhammad SAW menunaikannya, sesuai tuntunan syariat, memperhatikan fadilah, hikmah, dan berbagai kaifiyahnya, ibadah sholat itu bagaikan mikroj. “Mi’roj seorang mukmin adalah sholat!’ Melalui sholat, seorang mukmin naik ke alam spiritual, beraudiensi dan berkomunikasi secara intens, sakral, khusyu’ dan tawadlu’.
Rosululloh Muhammad SAW menegaskan dalam sebuah hadisnya, sholat lima waktu adalah ibadah utama dan istimewa. Sholat adalah ibadah pertama yang diwajibkan setelah seseorang membaca ikrar dua kalimat syahadat. Sholat pula yang diwasiyatkan nabi sesaat sebelum berpulang ke rohmatulloh. Sholat adalah wasiyat pertama, sekaligus wasiyat nabi terakhir. Melalui sholat seorang mukmin membangun kesadaran Ilahiyah, insaniyah, dan alamiyah. “Tegakkan sholat demi mengingat-Ku!”. Tunaikan sholat demi mengingat keagungan, kebesaran, kekuasaan, dan kasih-sayang-Nya. Tegakkan sholat demi memelihara kesadaran betapa Alloh-lah Dzat yang Maha Besar, Maha Kuasa, Maha Pencipta, Maha Suci, Maha Kaya, Maha Mengetahui, Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Melalui sholat seorang mukmin mengagungkan, memuji, menyatakan syukur, memohon kebahagiaan, mencegah diri dari perilaku menyimpang serta berlindung dari gangguan syaithon, atau azab di hari kemudian.
Sholat adalah tiang agama. barang siapa menegakkannya, maka ia telah menyelamatkan agamanya. Barang siapa meninggalkannya, maka dia telah merobohkan agamanya. Bila kita berharap perilaku seorang mukmin menjadi baik, maka sholat adalah terapi terbaik. “Sungguh sholat mencegah diri dari perbuatan keji dan munkar”. Dengan sholat, seorang mukmin membangun akhlak mulia, moralitas terpuji, mengendalikan hasrat-hasrat rendah, serta meredam sifat-sifat nafsiyah seperti sombong, dengki, rakus, bakhil, dusta, dholim atau sewenang-wenang, dan berbagai karakter bebas
nilai yang merendahkan martabat manusia, menimbulkan kerusakan, dan berbagai bencana kemanusiaan. Maka berkat sholat yang tulus, cerdas, sabar, dan istiqomah, seorang mukmin tidak hanya meraih kebajikan individual. Sholat membangun kesetaraan dan kebersamaan sosial. Sholat yang benar akan menjadi rahmat bagi siapa pun. Sholat melepas sekat-sekat duniawi yang bersifat pragmatis, materialistis, dan hedonistis. Sholat menjadi pengikat dan perekat kemanusiaan yang dengannya manusia menjadi selamat, terhormat, dan mulia.
Kelak, di hari kiamat, sholatlah yang pertama kali dihisab. Bila kualitas sholat seorang mukmin baik, dapat dijamin aktifitas ibadah lainnya menjadi baik dan diterima. Manakala sholat sesuai tuntunan syariat, hidup manusia di dunia dan akhirat dijamin selamat, mulia, dan terhormat.
Oleh : Abdul Hakim

Minggu, 02 Juni 2013

PUISI UNTUK IBU

Ibu...
adalah wanita yang selalu siaga tatkala aku dalam buaian
tatkala kaki-kakiku belum kuat untuk berdiri
tatkala perutku terasa lapar dan haus
tatkala kuterbangun di waktu pagi, siang dan malam

Ibu...
telah kupandang wajahmu diwaktu tidur
terdapat sinar yang penuh dengan keridhoan
terdapat sinar yang penuh dengan kesabaran
terdapat sinar yang penuh dengan kasih dan sayang
terdapat sinar kelelahan karena aku

Ibu...
engkau menangis karena aku
engkau sedih karena aku
engkau menderita karena aku
engkau kurus karena aku
engkau korbankan segalanya untuk aku

Ibu...
jasamu tiada terbalas
jasamu tiada terbeli
jasamu tiada akhir
jasamu tiada tara
jasamu terlukis indah di dalam surga

ibu
tlah kau hujamkan matamu
tuk menentang sang surya
tlah kau hentakan kakimu
tuk menindas bumi
tlah kau mantapkan hatimu
tuk taklukan sang waktu

ibu
tlah kau luangkan begitu banyak waktu
hanya tuk menjaga ku
tlah kau hempaskan kepentingan mu
hanya tuk mengurusku

ibu.
remuk hati ini......melihat mu menangis
hancur raga ini melihatmu terluka
mati raga ini bila kau tiada

Ibu...
hanya do'a yang bisa kupersembahkan untukmu
karena jasamu
tiada terbalas

Hanya tangisku sebagai saksi

Atas rasa cintaku padamu

 

By : 

Jemput Aku Menjadi Bidadarimu

Jumat, 31 Mei 2013

EVALUASI SUMATIF DAN EVALUASI FORMATIF

Oleh: Amirul Bakhri (105112007)
A. Pendahuluan
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Pemahaman terhadap dasar-dasar evaluasi dapat membantu para pengembang kurikulum untuk merancang evaluasi yang sesuai kajian-kajian teoritis yang relevan. Evaluasi dalam pengajaran tidak semata-mata dilakukan terhadap hasil belajar, tetapi juga harus dilakukan revisi desain pengajaran itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas bagaimana evaluasi itu dari segi: pengertian, sejarah perkembangan evaluasi, klarifikasi evaluasi menjadi dua (evaluasi formatif dan sumatif) beserta contoh dari kedua macam klarifikasi tersebut. Dengan demikian akan menjadikan pemahaman kita tentang kedua klarifikasi tersebut dan bisa menjadi patokan kita dalam menjalankan kedua evaluasi tersebut dalam lingkungan sekolah.
B. Pengertian Evaluasi
Secara harfiah, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yakni evaluation; dalam bahasa Arab berarti al-taqdîr (التقدير); dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value; dalam bahasa Arab berarti al-qîmah (القيمة); dalam bahasa Indonesia berarti nilai. Dengan demikian, secara harfiah evaluasi pendidikan adalah penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. (Sudijono, 2007: 1)
Adapun dari segi istilah, terdapat berbagai definisi yang diungkap oleh para ahli. Di antaranya adalah seperti yang dikatakan Anas Sudijono, yang mengutip Edwind Wandt dan Gerald W. Brown mengatakan evaluation refer to the act or process to determining the value of something (evaluasi menunjukkan kepada atau mengandung pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu). (Sudijono, 2007: 1) Sedangkan menurut Rusman, dia mengutip berbagai definisi tentang evaluasi sebagai berikut: Gronlund mengatakan bahwa proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis dan interpretasi informasi atau data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Hopkins dan Antes mengatakan evaluasi adalah pemeriksaan secara terus menerus untuk mendapatkan informasi yang meliputi siswa, guru, program pendidikan, dan proses belajar mengajar untuk mengetahui tingkat perubahan siswa dan ketepatan keputusan tentang gambaran siswa dan ketepatan keputusan tentang gambaran siswa dan efektifitas program. MacDonald berpendapat bahwa evaluation is the process of conceiving, obtaining and communicating information for guidance of educational decision making with regard to a specified programme (evaluasi adalah proses memahami, memperoleh dan memberitahukan informasi untuk bimbingan pendidikan dengan membuat keputusan untuk sebuah program yang telah ditetapkan). Menurut Morrison, evaluasi adalah perbuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan. (Rusman, 2009: 93) Dari berbagai definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa evaluasi dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Proses atau kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan dengan tujuan yang telah ditentukan.
2. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan.
C. Sejarah Perkembangan Evaluasi Pendidikan
Pemahaman tentang dasar-dasar evaluasi dapat membantu para pengembang kurikulum dalam merencanakan evaluasi yang berada dalam pendidikan. Untuk meningkatkan evaluasi, perlu diketahui bagaimana sejarah perkembangan evaluasi dari masa ke masa. Berikut ini adalah perkembangan evaluasi sebagaimana dikutip oleh Rusman:
1. Masa pertama, dipelopori oleh Bobbit (tahun 1918) dan Charles (tahun 1923), evaluasi dipusatkan pada pengukuran prestasi akademik siswa. Evaluasi ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan tujuan pembelajaran berkenaan dengan prestasi spesifik siswa. Evaluasi difokuskan dalam mengukur apakah tujuan pembelajaran sudah dicapai. Tipe evaluasi ini merefleksikan pertumbuhan minat dalam ilmu perilaku. Tes psikologis dan intelegensi digunakan untuk menetukan bakat belajar dan untuk menemukan penjelasan mengapa siswa menghadapi kesulitan ketika belajar. Ketika siswa gagal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, kegagalan dianggap terletak pada siswa, bukan pada kurikulum.
2. Masa kedua, dimulai pada tahun 1940 dengan garapan komisi relasi sekolah dan lembaga. Ralph Tyler dan kelompok asosiasinya mengembangkan landasan filosofis evaluasi yang menekankan ranah kognitif yang lebih tinggi dan tujuan pembelajaran afektif. Mereka juga menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran bisa menjadi sasaran untuk pengukuran. Dengan adanya dasar filosofis baru berkenaan dengan evaluasi, telah terjadi pergerakan menuju pengembangan program kelas pada satu tingkatan daerah sehingga evaluasi lebih berbasis kelas. Dengan adanya dasar filosofis baru berkenaan dengan evaluasi, telah terjadi pergerakan menuju pengembangan program kelas pada satu tingkatan daerah sehingga evaluasi lebih berbasis kelas. Hal ini berarti bahwa guru bisa mengonstruksi tesnya sendiri yang digunakan untuk mengevaluasi secara lokal kurikulum yang dikembangkan. Tes ini juga bisa digunakan untuk memberi informasi terhadap siswa secara individu mengenai kekuatan dan kelemahannya.
3. Masa ketiga, ditandai dengan peluncuran Sputniktahun 1957. Pada masa ini terjadi berbagai macam perubahan seperti pembelajaran inquiry (penyelidikan), pendekatan-pendekatan discovery (penemuan), keterampilan pemecahan masalah dan variasi metodologi. Cronbach yang dikutip oleh Rusman mengarahkan pembaharuan evaluasi dengan pendapat sebagai berikut:
Sejauh mungkin, evaluasi harus digunakan untuk memahami bagaimana kegiatan menghasilkan efek-efek dan parameter apa yang mempengaruhi efektivitas dan harapannya. Studi evaluasi berjalan melebihi laporan kegiatan dan membantu kita memahami pembelajaran dalam pendidikan. evaluasi akan menegaskan apa yang mengubah hasil kegiatan dan harus mengidentifikasi berbagai aspek dari kegiatan yang membutuhkan revisi. Hasil yang diamati bisa meliputi hasil umum yang berada jauh di luar isi kurikulum itu sendiri, sikap, pilihan karir, pemahaman umum, kekuatan intelektual, dan bakat untuk belajar lebih lanjut pada satu bidang. (Rusman, 2009: 91-93)
D. Klasifikasi Evaluasi
Klasifikasi atau penggolongan evaluasi dalam bidang pendidikan sangat beragam. Sangat beragamnya ini disebabkan karena sudut pandang yang saling berbeda dalam melakukan kalsifikasi tersebut. Dalam hal ini, klasifikasi tentang evaluasi yang akan penulis jelaskan adalah evaluasi formatif dan sumatif.
1. Evaluasi Formatif
Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pembelajaran atau subpokok bahasan dapat diselesaikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik “telah terbentuk” sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan. (Sudijono, 2007: 23) Untuk membahas evaluasi formatif ini, seperti yang Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi katakan dalam bukunya “Pengelolaan Pengajaran”, (Rohani dan Ahmadi, 1991: 173-175) perlu meninjau dari berbagai segi sehingga akan mudah memahami bagaimana sebenarnya evaluasi ini. di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Formatif
Fungsi dari evaluasi formatif adalah untuk memperbaiki proses belajar-mengajar.
b. Manfaat Evaluasi
Dalam evaluasi formatif ini, ada beberapa manfaat yang dingkap oleh Suharsimi Arikunto yaitu manfaat bagi siswa, guru dan program sekolah yang penjabarannya sebagai berikut:
1) Manfaat bagi siswa:
a) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh atau belum
b) Merupakan penguatan bagi siswa dan memperbesar motivasi siswa untuk belajar giat
c) Untuk perbaikan belajar siswa
d) Sebagai diagnosa kekurangan dan kelebihan siswa
2) Manfaat bagi guru:
a) Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa
b) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum dikuasai siswa
3) Manfaat bagi program sekolah:
a) Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat atau tidak
b) Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan
c) Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai atau tidak
d) Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat atau tidak (Arikunto, 1996: 34-36)
c. Waktu Pelaksanaan
Sesuai dengan fungsi dan tujuan evaluasi formatif, maka evaluasi ini dilakukan untuk menilai hasil belajar jangka pendek dari suatu proses belajar mengajar atau pada akhir unit pelajaran yang singkat yaitu satuan pelajaran. Sebab perbaikan belajar mengajar itu hanya mungkin jika dilakukan secara sistematis dan bertahap.
d. Aspek Tingkah Laku Yang Dinilai
Aspek tingkah laku yang dinilai dari evaluasi formatif ini cenderung terbatas pada segi kognitif (pengetahuan) dan psikomotor (ketrampilan) yang terkandung dalam tujuan khusus pelajaran. Untuk menilai segi afektif (sikap dan nilai), maka penggunaan penilaian formatif tidaklah tepat. Sebab untuk menilai perkembangan segi afektif ini diperlukan periode pengajaran yang cukup panjang.
e. Cara Menyusun Soal
Sesuai dengan fungsi evaluasi formatif, maka evaluasi ini harus disusun dengan sedemikian rupa sehingga benar-benar mengukur tujuan khusus pengajaran yang dicapai. Oleh karena itu, soal harus dibuat secara langsung dengan menjabarkantujuan khusus pengajaran ke dalam bentuk pertanyaan. Pada evaluasi formatif ini, masalah tingkat kesukaran dan daya pembeda tiap-tiap soal tes tidak begitu penting.
f. Pendekatan Evaluasi Yang Digunakan
Sesuai dengan fungsi evaluasi formatif, maka sasaran penilaian adalah kecakapan nyata setiap peserta didik. Oleh karena itu, pendekatan dalam penilaian evaluasi formatif adalah penilaian yang bersumber pada kriteria mutlak.
g. Cara Pengolahan Hasil Evaluasi
Ada beberapa cara pengolahan hasil evaluasi formatif. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:
i. Menghitung presentase peserta didik yang gagal dalam setiap soal. Dengan melihat hasil presentase ini, guru akan dapat mengetahui sejauh mana tujuan khusus pengajaran (TKP) yang bersangkutan dengan soal telah dicapai atau dikuasai oleh kelas.
ii. Menghitung presentase penguasaan kelas atas bahan yang telah disajikan. Dengan kata lain, berapa persen kah dari bahan yang telah disajikan itu dikuasai kelas. Cara pengolahan ini bertujuan untuk mendapatkan keterangan, apakah keterangan apakah kriteria keberhasilan belajar yang diharapkan telah tercapai.
iii. Menghitung presentase jawaban yang benar yang dicapai setiap peserta didik dalam tes secara keseluruhan. Dengan angka presentase ini, guru akan dapat mengetahui sampai berapa jauh penguasaan setiap peserta didik atas bahan yang telah diajarkan. Dengan kata lain, sejauh mana tingkat keberhasilan setiap peserta didik atas unit pengajaran yang telah diajarkan ditinjau dari sudut kriteria keberhasilan belajar yang diharapkan atau yang telah ditetapkan.
h. Penggunaan Hasil Evaluasi
Hasil pengolahan evaluasi formatif sebagaimana disebutkan di atas, dapat digunakan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut:
i. Atas dasar angka presentase peserta didik yang gagal dalam setiap soal. Guru dapat mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang bersangkutan dengan soal tes perlu dibicarakan lagi secara umum atau tidak.
ii. Atas dasar angka presentase penguasaan kelas atas bahan yang telah disajikan, guru dapat menilai dirinya sendiri mengenai kemampuannya dalam mengajar. Jika angka itu belum mencapai kriteria keberhasilan umpamanya, maka guru akan mencari sebabnya dan kemudian ia akan memikirkan perbaikan-perbaikan apa yang perlu diadakan agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara efisien dan efektif sehingga kriteria keberhasilan itu dapat tercapai.
iii. Dengan mengetahui presentase jawaban yang benar dari setiap peserta didik dalam tes secara keseluruhan, guru dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada pada setiap peserta didik sehingga guru mendapat bahan yang dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan apakah peserta didik perlu dapat bantuan atau pelayanan khusus dari guru untuk mengatasi kesulitan dalam belajar. (Rohani dan Ahmadi, 1991: 173-175)
i. Contoh Evaluasi Formatif
Berikut ini akan disajikan bentuk-bentuk contoh evaluasi formatif dengan berbagai pengolahan:
1) Mengolah hasil setiap tujuan khusus pengajaran (TKP)
TKP merupakan penjabaran dari pokok bahasan dalam satuan pengajaran. Dalam pengelolaan ini, kita mencari presentase gagal pada setiap soal dari keseluruhan peserta didik pengikut tes.
Misalnya: pada satuan pelajaran IPA untuk SD kelas V berdasarkan TKP-TKP yang ada disusun soal-soal tes sebagai alat evaluasi. Setelah tes dilakukan, kita periksa dan kita hitung berapa persen peserta didik yang gagal pada setiap soal.
Bidang pengajaran : IPA
Catur wulan : I
Kelas : V
Jumlah peseta didik : 40 orang
Pokok bahasan :
- tumbuh tumbuhan dan peristiwa alam
- hewan dan peristiwa alam
Soal-soal tes Presentase peserta didik yang gagal
1. Sebutkan manfaat hutan bagi manusia ? 25 %
2. Apakah yang terjadi ketika terjadi penebangan hutan secara liar ? 10 %
Soal no 1. Dari 40 orang pengikut tes terdapat 30 orang peserta didik yang menjawab dengan tepat. Ini berarti ada 10 orang peserta didik yang gagal.
Jadi: 10 x 100 % = 25 % peserta didik yang gagal.
40
2) Mengolah hasil evaluasi sebagai nilai harian
Pada pengolahan evaluasi ini, pengolahan didasarkan atas “ukuran mutlak” dengan mempergunakan rumus:
s.a = s.r x 10
s.i
s.a: skor akhir
s.r: skor real
s.i: skor ideal
10: skor 1-10
Skor akhir yang diperoleh peserta didik ialah skor ideal atau skor yang berupa raw score (skor mentah) yang dicapainya, dibagi dengan skor ideal (skor tertinggi yang mungkin dicapai bila semua soal dikerjakan benar), kemudian hasil baginya dikalikan 10 (bila menggunakan skala 10 atau dikalikan dengan 100 (bila menggunakan skala 100). Kalau peserta didik (Abdullah) memperoleh dari 20 soal tersebut skor realnya 86, maka nilai akhir peserta didik tersebut adalah:
86 x 10 = 8.6 (dalam skala 10)
100
2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah sekumpulan progrm pelajaran selesai diberikan. Dengan kata lain evaluasi yang dilaksanakan setelah seluruh unit pelajaran selesai diajarkan. Adapun tujuan utama dari evaluasi sumatif ini adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh program pengajaran dalam jangka waktu tertentu. (Sudijono, 2007: 23) Seperti halnya evaluasi formatif yang dikatakan Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi dalam bukunya “Pengelolaan Pengajaran”, (Rohani dan Ahmadi, 1991: 176-179), untuk membahas evaluasi sumatif ini, perlu meninjau dari berbagai segi sehingga akan mudah memahami bagaimana sebenarnya evaluasi ini. di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Evaluasi Sumatif
Fungsi evaluasi sumatif ini adalah untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar peserta didik.
b. Manfaat Evaluasi Sumatif
Berikut ini merupakan beberapa manfaat yang didapat dari evaluasi sumatif:
1) Untuk menentukan nilai
2) Untuk menentukan seseorang anak dapat atau tidak mengikuti kelompok dalam menerima program berikutnya
3) Untuk mengisi catatan kemampuan siswa (Arikunto, 1996: 36)
c. Waktu Pelaksanaan
Sesuai dengan fungsi evaluasi, maka evaluasi sumatif ini dilakukan untuk menilai hasil belajar jangka panjang dari suatu proses belajar mengajar seperti pada akhir program pengajaran.
d. Aspek Tingkah Laku Yang Dinilai
Karena evaluasi sumatif merupakan untuk menilai hasil jangka panjang, maka aspek tingkah laku yang dinilai harus meliputi segi kognitif (pengetahuan), psikomotor (ketrampilan) dan afektif (sikap dan nilai).
e. Cara Menyusun Soal
Penilaian sumatif ini merupakan evaluasi yang dilakukan pada akhir program pengajaran. Ini berarti bahan pengajaran yang menjadi sasaran penilaian cukup luas dan banyak. Oleh karena itu, tidak efisien jika soal-soalnya disusun atas dasar tujuan khusus pengajaran (TKP) seperti pada evaluasi formatif. Akan tetapi penyusunan soal-soalnya harus didasarkan pada tujuan umum pengajaran (TUP) yang ada di dalam program pengajaran tersebut.
Selanjutnya, karena tujuan evaluasi sumatif itu untuk menentukan angka kemajuan setiap peserta didik yang di antaranya untuk menentukan kenaikan kelas atau lulus tidaknya, maka masalah tingkat kesukaran soal harus diperhatikan. Artinya, soal-soal itu harus disusun sedemikian rupa sehingga mencakup yang mudah, sedang dan sukar yang jumlahnya perbandingannya sekitar 3 : 5 : 2, perbandingan ini tidak harus mutlak demikian. Masalah tingkat kesukaran soal ini dimaksudkan agar hasil penilaian dapat memberi gambaran mengenai tingkat kecerdasan atau kemampuan atau kepandaian tiap-tiap peserta didik atas dasar klasifikasi kurang, sedang dan pandai.
Di samping masalah tingkat kesukaran soal, pada evaluasi sumatif ini diperhatikan daya pembeda dari setiap soal. Artinya setiap soal harus mempunyai daya untuk membedakan peserta didik yang pandai dengan yang kurang atau tidak pandai. Tapi tingkat kesukaran dan daya pembeda suatu soal itu hanya dapat diketahui melalui analisis soal setelah tes itu dicobakan. Untuk itu perlu diperhatikan pengetahuan lebih lanjut mengenai teknik penilaian pendidikan yang menyangkut masalah “analisis soal”.
f. Pendekatan Evaluasi Yang Digunakan
Pada evaluasi sumatif, ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam menilai: 1) penilaian yang bersumber pada kriteria mutlak dan 2) penilaian yang bersumber pada norma relatif (kelompok)
g. Cara Pengolahan Hasil Evaluasi
Karena pada evaluasi sumatif ini ada dua pendekatan dalam mengevaluasi, maka pengolahan hasilnya pun ada dua cara:
1) Pengolahan hasil evaluasi berdasarkan ukuran mutlak. Jika pengolahan hasil evaluasi itu berdasarkan ukuran atau kriteria mutlak, maka yang harus dicari adalah presentase jawaban benar yang dicapai oleh setiap peserta didik.
2) Pengolahan hasil evaluasi berdasarkan norma relatif (kelompok). Untuk mengolah hasil evaluasi yang berdasarkan norma relatif, digunakan nilai-nilai yang standar seperti skala nilai 0 – 10 atau skala nilai 0 – 100. Untuk merubah nilai atau skor mentah ke dalam skor terjabar berdasarkan skala penilaian tertentu, maka prosedur atau langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menyusun distribusi atau frekwensi skor yang diperoleh peserta didik
b) Menghitung angka rata-rata
c) Menghitung standar devisi
d) Mengubah skor ke dalam skala penilaian yang dikehendaki
h. Penggunaan Hasil Evaluasi
Pada evaluasi sumatif, hasilnya digunakan antara lain sebagai berikut:
a) Menentukan kenaikan kelas
b) Menentukan angka raport
c) Mengadakan seleksi
d) Menentukan lulus tidaknya peserta didik
e) Mengetahui status setiap peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lainnya dalam kelompok yang sama
i. Contoh Evaluasi Sumatif
Berikut ini akan disajikan bentuk-bentuk contoh evaluasi sumatif dengan berbagai pengolahan: (Rohani dan Ahmadi, 1991: 192-194)
1) Pengolahan berdasarkan “ukuran mutlak”
Pengolahan skor mentah (raw score) dengan ukuran mutlak dalam standar atau skala 10 dengan mempergunakan ketentuan rumus
s.a = s.r x 10
s.i
s.a: skor akhir
s.r: skor real
s.i: skor ideal
10: skor 1-10
Contoh:
Di dalam evaluasi sumatif dari suatu bidang pengajaran dibuat soal-soal sebagai berikut:
a) Tes bentuk B – S : 30 soal, skor 1 untuk setiap soal yang benar
b) Tes bentuk pilihan jamak : 50 soal, n = 3 skor 1 per soal yang benar
c) Tes bentuk uraian : 4 soal, skor 5 untuk setiap soal yang benar dan memakai bobot 2 soal mudah berbobot 1 masing-masingnya.
- 1 soal sedang berbobot 2
- 1 soal sukar berbobot 3
Skor tertinggi yang mungkin dicapai peserta (disebut juga skor ideal) dari tes tersebut adalah sebagai berikut:
a) Tes benar – salah : 30 x 1 = 30
b) Tes pilihan jamak : 50 x 2 = 100
c) Tes bentuk uraian : 2 mudah : 2 x 5 x 1 = 10
1 sedang : 1 x 5 x 2 = 10
1 sukar : 1 x5 x 3 = 15
Jumlah skor ideal = 165
Di antara peserta didik suatu kelas yaitu kelas A, B dab C berhasil mengerjakan soal-soal tes sebagai berikut:
nama Benar-salah Pilihan jamak Bentuk uraian
dibuat benar Dibuat benar Skor no 1 2 3 4
A 30 21 49 31 5 5 3 2
B 25 21 40 31 5 5 3 2
C 25 25 35 30 5 4 5 4
Skor mentah (raw score) mereka masing-masing, bila dengan “rumus tebakan” (untuk B-S dan pilihan jamak) adalah sebagai berikut:
Si A = (21 – 9) x 1 + (31 – 18 ) x 2 + (10 x 1) + (3 x 2) + (2 x 3) = 78
3 – 1
Si B = (21 – 4) x 1 + (31 – 9 ) x 2 + (10 x 1) + (3 x 2) + (3 x 3) = 95
3 – 1
Si C = (25 – 0) x 1 + (30 – 5 ) x 2 + (9 x 1) + (5 x 2) + (5 x 3) = 111
3 – 1
Skor akhir A = 78 x 10 = 4,72 (atau 5)
165
Skor akhir B = 95 x 10 = 5,75 (atau 6)
165
Skor akhir C = 111 x 10 = 6,72 (atau 7)
165
2) Pengolahan berdasarkan “ukuran relatif (kelompok)”
Pengolahan yang berdasarkan ukuran relatif ini ditujukan untuk menilai / mengukur prestasi seseorang dibandingkan dengan nilai prestasi rata-rata dari kelompoknya. Dengan kata lain, pengolahan yang berdasarkan ukuran relatif menentukan kedudukan peserta didik masing-masing di dalam kelasnya. Karena pengukuran “prestasi seseorang” dalam pengolahan berdasarkan ukuran relatif ini dibandingkan dengan hasil rata-rata kelompok dalam bilangan, maka kita pergunakan teknik-teknik statistik yang sederhana yaitu teknik menyusun distribusi frekuensi.
Teknik Menyusun Distribusi Frekuensi
Distribusi: penyebaran
Frekuensi: berapa kali datang yang sejenis pada suatu saat tertentu, atau berapa banyaknya yang sejenis pada suatu kelompok atau berapa kali suatu kelompok muncul dalam kelompok angka atau skor tertentu.
(1) Data yang mempunyai frekuensi sama
Hasil tes 8 orang peserta didik adalah sebagai berikut:
Pada data sebelah kiri ini kita lihat, bahwa setiap angka hanya diperoleh seorang peserta didik. Frekuensi setiap angka sama yaitu satu.
(2) teknik menyusun distribusi frekuensi tidak sama
pada suatu tes, 10 orang peserta didik memperoleh skor sebagai berikut:
dari data hasil tes seperti contoh di samping, ternyata:
yang memperoleh angka 75 = 1 orang
yang memperoleh angka 65 = 2 orang
yang memperoleh angka 60 = 4 orang
yang memperoleh angka 56 = 2 orang
yang memperoleh angka 55 = 1 orang
E. Perbedaan Evaluasi Formatif Dan Sumatif
Seperti yang dikatakan Rusman mengutip pendapatnya Scriven, dia (Scriven) telah membuat perbedaan antara evaluasi sumatif dan formatif. Dalam evaluasi sumatif, evaluasi berfungsi untuk menetapkan keseluruhan penilaian program. Termasuk menilai keseluruhan manfaat program tertentu dalam hubungannya dengan kontribusi terhadap kurikulum sekolah secara total. Dalam evaluasi formatif meliputi pembuatan penilaian dan usaha untuk menentukan sebab-sebab khusus. Informasi yang diperoleh dalam evaluasi formatif memberi kontribusi terhadap revisi program. Ini memungkinkan pengembang kurikulum untuk mengubah dan mengembangkan kurikulum sebelum menetapkan bentuk final. Perbedaan yang mendasar antara dua tipe evaluasi ini menyangkut bagaimana evaluasi diperlakukan, apa yang akan dievaluasi dan bagaimana hasilnya akan digunakan. (Rusman, 2009: 101)
F. Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. Juli 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Cet 12. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto, M. Ngalim. 1988. Prinsip-Prinsip dan Teknik-Teknik Evaluasi Pengajaran. Cet 2. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi. Januari 1991. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Rosyadi, Khoiron. November 2004. Pendidikan Profetik. Cet 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Edisi 2. Jakarta: Rajawali Press.
Silveirus, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Edisi 7. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Toha, M. Chabib. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Cet 5. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sabtu, 25 Mei 2013

Islamic Motivation

Teruntuk insan yang hatinya sedang diremukkan
Sapu air matamu yang mengalir deras
Redam bara emosi yang bergejolak memanas
Engkau tercipta bukan untuk menangisi zaman.

Ataupun menyesali duka lara
Usah tenggelam dalam kubangan nestapa
Jika cintamu mengalami kegagalan
Jika ta’arufmu kandas di jalan.

Tersenyumlah...
Awan hitam selalu menyimpan pelangi
Begitupun Sang Penggenggam nyawa
Dia selalu punya rahasia dan bijaksana
untuk membuat dewasa makhluk_NYA.

Cinta suci sedang menunggumu
Tetapi engkau harus sabar menantikan
Cinta itu akan menjemputmu
Di masa yang telah DIA rencanakan.

Teruntuk yang hatinya sedang diremukkan
Jangan berikan celah pada syaitan
yang membuat semangatmu terlemahkan
Perihnya duka bukanlah isyarat runtuhnya langit
Ataupun robeknya kulit bumi.

ALLAH menempa pribadi tangguhmu
Dalam butiran air matamu
Dalam jeritan derita batinmu
Dalam rintihan sesaknya nafasmu.

Teruntuk yang hatinya sedang diremukkan
Pasang surut laut adalah kepastian
Tawa dan tangis adalah kewajaran
Takdir_NYA menjadikan makhluk berpasangan.

Sebuah ketetapan Sang Penguasa
Jika engkau tak dapatkan pasangan di dunia
Bukan berarti ALLAH memberimu petaka
Tapi Dia sedang menyiapkan makhluk terindah
Yang menantimu di Jannah
Yang kan menemani jiwamu yang resah

Tersenyumlah...
Dalam kesabaran munajat panjangmu
Meski tajamnya duri mencabik-cabik lukamu
Meski remuk redam menyerang hatimu....

InsyaAllah ^^

Jumat, 24 Mei 2013

Macam-macam Fungsi Hamzah Didalam Bahasa ‘Arab

Macam-macam Fungsi Hamzah Didalam Bahasa ‘Arab
(Bagian Pertama)
Hamzah [ ء ] merupakan huruf  pertama dalam pengucapan abjadiyah ‘arab, yang memiliki beberapa fungsi dalam bahasa ‘Arab, diantaranya :
  • هَمْزَةُ التَّسْوِيَةِ Hamzah Taswiyah : Hamzah yang terletak setelah kata سََوَاءٌ (yang artinya : “sama saja”, yaitu : dalam rangka menyamakan dua hal), dan dalam susunan seperti ini Hamzah tersebut harus disertai sebuat kata yang dinamai :  أَمْ الْمُعَادَلَةِ (Am Mu’adalah, yang diartikan : “ataupun”), contohnya dalam Firman Allah –ta’ala- ketika Allah menceritakan tentang mustakbirin (orang-orang sombong) dimana pada hari kiamat kelak  mereka akan berkata :
-         Artinya : sama saja bagi kita  apakah kita mengeluh ataupun kita bersabar maka tidaklah ada untuk kita tempat melarikan diri” QS.Ibrahim:21.
-         Hamzah Taswiyah pada ayat diatas jika dirangkai bersama dengan fi’il yang terletak setelahnya yaitu : جَزِعْنَا (menjadi : أَ جَزِعْنَا ) maka dapat dita`wilkan kedalam bentuk mashdar yang berfungsi menggantikan posisi fi’il جَزِعْنَا tersebut, sehingga menjadi :
-         Artinyasama saja bagi kita keluhan kita atau kesabaran kita”.
-         Adapun cara mengi’rabnya adalah sebagai berikut :
سَوَاءٌ : khabar muqaddam / marfu’ / bidh dhammah.
عَلَيْ : harfu jarr / mabniy / ‘alas sukun.
نَا : dhamir / mabniy / ‘alas sukun / fi mahalli jarr (ism majrur).
جَزَعُ : mubtada` mu`akhkhar / marfu’ / bidhdhammah (wa huwa mudhaf).
نَا : dhamir / mabniy / ‘alas sukun / fi mahalli jarr (mudhaf ilaih).
أَمْ : harfu ‘athf / mabniy / ‘alas sukun.
صَبرُ : ma’thuf ‘ala جَزَعُ / marfu’ / bidh dhammah (wa huwa mudhaf).
نَا : dhamir / mabniy / ‘alas sukun / fi mahalli jarr (mudhaf ilaih).
-         Dan jika kita mengembalikan posisi mubtada` menjadi diawal jumlah (posisi ashlinya), maka jumlah tersebut akan menjadi :
-         Artinyakeluhan kita atau kesabaran kita sama saja bagi kita”.
-         Adapun cara mengi’rabnya adalah sebagai berikut :
جَزَعُ : mubtada` / marfu’ / bidhdhammah (wa huwa mudhaf).
نَا : dhamir / mabniy / ‘alas sukun / fi mahalli jarr (mudhaf ilaih).
أَمْ : harfu ‘athf / mabniy / ‘alas sukun.
صَبرُ : ma’thuf ‘ala جَزَعُ / marfu’ / bidh dhammah (wa huwa mudhaf).
نَا : dhamir / mabniy / ‘alas sukun / fi mahalli jarr (mudhaf ilaih).

سَوَاءٌ
: khabar / marfu’ / bidh dhammah.
عَلَيْ : harfu jarr / mabniy / ‘alas sukun.
نَا : dhamir / mabniy / ‘alas sukun / fi mahalli jarr (ism majrur).




a. Menanyakan tentang salah satu dari dua hal atau lebih dalam rangka ta’yin (menentukan atau memilih jawaban), contohnya :
-         Artinya : “apakah Zaid yang bersafar ataukah Hamid?”.
Pertanyaan diatas dijawab dengan cara menentukan atau memilih antara :  زَيْدٌ atau حَامِدٌ .
-         Adapun cara mengi’rabnya adalah sebagai berikut :

أَ
: harfu istifham / mabniy / ‘alal fath.
زَيْدٌ : mubtada` / marfu’ / bidh dhammah.
مُسَافِرٌ : khabar / marfu’ / bidh dhammah.
أَمْ : harfu ‘athf / mabniy / ‘alas sukun.
حَامِدٌ : ma’thuf ‘ala زَيْدٌ / marfu’ / bidh dhammah.
b. Menanyakan tentang isnad (rangkaian jumlah mufidah), misalnya  kita ingin menanyakan tentang  jumlah jumlah mufidah berikut ini :
Artinya : “Zaid telah bersafar”.
Maka untuk menanyakan tentang hal itu dengan menggunakan : أ (apakah) ada dua bentuk, yaitu :
*bentuk ke-1 (Hamzah tanpa diiringi harfu nafi) , contoh :
-         Artinya : “apakah Zaid telah bersafar?”.
Pertanyaan diatas dijawab dengan salah satu dari dua jawaban berikut :
  1. نَعَمْ ، سَافَرَ زَيْدٌ : ya , Zaid telah bersafar, atau disingkat dengan : نَعَمْ saja.
  2. لاَ ، لَمْ يُسَافِرْ زَيْدٌ : tidak, Zaid tidak bersafar, atau disingkat dengan : لاَ saja.
-         Adapun cara mengi’rabnya adalah sebagai berikut :

أَ
: harfu istifham / mabniy / ‘alal fath.
سَافَرَ : fi’il madhi / mabniy / ‘alal fath.
زَيْدٌ : fa’il / marfu’ / bidh dhammah.

*bentuk ke-2 (Hamzah + huruf nafi), contoh :
-         Artinya : “tidakkah Zaid bersafar?”.
Pertanyaan diatas dijawab dengan salah satu dari dua jawaban berikut :
  1. نَعَمْ ، لَمْ يُسَافِرْ زَيْدٌ : ya , Zaid (memang) tidak bersafar, atau disingkat dengan : نَعَمْ saja.
  2. بَلَى ، سَافَرَ زَيْدٌ : tidak begitu, (bahkan) Zaid bersafar, atau disingkat dengan : >بَلَى saja.
-         Adapun cara mengi’rabnya adalah sebagai berikut :

أَ
: harfu istifham / mabniy / ‘alal fath.
لَمْ : harfu nafi wa jazm / mabniy / ‘alas sukun.
يُسَافِرْ : fi’il mudhari’ / majzum / bis sukun.
زَيْدٌ : fa’il / marfu’ / bidh dhammah.
أَ زَيْدُ

-         Artinya : “wahai zaid”.
-         Adapun cara mengi’rabnya adalah sebagai berikut :

أَ
: harfu nida` lil qarib / mabni / ‘alal fath.
زَيْدُ : munada  / mabniy  / ‘aladh dhamm / fi mahalli nashb (maf’ul bihi).
Catatan :
Perlu diketahui bahwa Jumlah Mufidah itu ada dua macam :
  1. Jumlah Ismiyyah, adalah : jumlah yang diawali dengan isim, contoh : الْوَلَدُ جَالِسٌdan jumlah ini memiliki dua rukun (kata yang harus ada sebagai syarat sempurnanya jumlah tersebut), yaitu :
    1. Mubtada`
    2. Khabar
    3. Jumlah Fi’iliyyah, adalah : jumlah yang diawali dengan fi’il, contoh : جَلَسَ الْوَلَدُdan jumlah ini memiliki dua rukun (kata yang harus ada sebagai syarat sempurnanya jumlah tersebut), yaitu :
      1. Fi’il
      2. Faa’il
Oleh karena itu ketika memaparkan cara meng-I’rab jumlah-jumlah diatas penulis meletakkan arsir sebagai tanda bahwa kata-kata yang diarsir adalah rukun dari masing-masing jumlah.

و الله أعلم و عليه التكلان


المراجع :
- القرآن الكريم (بقراءة حفص عن عاصم – رحمهما الله).
- المعجم المفصل في الإعراب (الأستاذ طاهر يوسف الخطيب)
- المعجم الوسيط (لجنة المعجم من للغويين)
Penulis: Kamal  Abu Muhammad Al Medany

Rabu, 15 Mei 2013

10 Daftar situs belajar Bahasa Arab online

Filed Under (Bahasa Arab) by sohibi on 29-06-2010 and tagged ,
Kali ini saya ingin memposting tentang daftar situs belajar Bahasa Arab online yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai pengantarnya. Bahasa Arab adalah bahasa yang penting terutama bagi setiap Muslim yang ingin memahami agama ini lebih baik. Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam juga diturunkan menggunakan Bahasa Arab.
Situs-situs ini memberikan materi pelajaran Bahasa Arab dari mulai tingkat dasar, tingkat menengah hingga tingkat lanjut.
1. Arabic ( arabic.web .id )
situs ini berisi kumpulan materi bahasa arab mulai dari dasar, menengah sampai lanjutan.
2. Nahwu ( nahwu .com )
ini adalah situs kursus bahasa arab online yang menggunakan metode elearning.
3. Arabion ( www.arabion .net/ indonesian/ index.html )
situs bahasa arab paling dasar karena memberikan materi mulai dari pengenalan huruf hijaiyah.

4. Arabindo ( www.freewebs .com/ arabindo/ isi.htm )
salah satu situ belajar yang sangat lengkap karena selain belajar kaidah, juga ditampilkan contoh hiwar (percakapan), dan bacaan berbahasa arab
5. Badar Muslim ( badar.muslim .or.id )
situs ini membahas tema-tema bahasa arab secara komprehensif dilengkapi dengan audio untuk setiap materinya.
6. PBA Al Dakwah ( pba.aldakwah .org )
situs ini menyajikan pelajaran bahasa arab percakapan dan tata bahasa dilengkapi dengan audio.
7. Kamus Java Kedaton ( kamus.javakedaton .com )
situs ini menyediakan kamus bahasa arab online
8. Subpok Bahasa Arab ( subpokbarab.wordpress .com )
Subpok Bahasa Arab merupakan salah satu subpok bahasa yang berada dibawah Pusdiklat Bahasa Badiklat Dephan RI. Berisi pelajaran bahasa arab dan juga materi berbahasa arab lainnya.
9. Nahwu Mudah ( nahwumudah .com )
situs ini menawarkan program pelajaran bahasa arab dalam bentuk flash
10. Lughotuna ( lughatuna .com )
situs ini menawarkan buku bahasa arab yang disusun secara sistematis
Semoga bermanfaat

Selasa, 30 April 2013

BERHENTI PIKIRKAN NEGATIF


Sebagian besar dari kita, berpikir negatif mungkin sudah menjadi bagian dari diri. Ketika hal-hal tidak sesuai rencana, kita dengan mudah merasa depresi dan tidak bisa melihat sisi baik dari kejadian tersebut.
Berpikiran negatif tidak membawa kemana-mana, kecuali membuat perasaan tambah buruk, yang lalu akan berakibat performa kita mengecewakan. Hal ini bisa menjadi lingkaran yang tidak berujung.

Berikut 7 Tips Berhenti Berfikir Negatif:

1. Hidup di saat ini
Memikirkan masa lalu atau masa depan adalah hal yang sering membuat kita cemas. Jarang sekali kita panik karena kejadian masa sekarang. Jika Anda menemukan pikiran anda terkukung dalam apa yang telah terjadi atau apa yang belum terjadi, ingatlah bahwa hanya masa kini yang dapat kita kontrol.

2. Katakan hal positif pada diri sendiri
Katakan pada diri Anda bahwa Anda kuat, Anda mampu. Ucapkan hal tersebut terus-menerus, kapanpun. Terutama, mulailah hari dengan mengatakan hal positif tentang diri sendiri dan hari itu, tidak peduli jika hari itu Anda harus mengambil keputusan sulit ataupun Anda tidak mempercayai apa yang telah Anda katakan pada diri sendiri.

3. Percaya pada kekuatan pikiran positif
Jika Anda berpikir positif, hal-hal positif akan datang dan kesulitan-kesulitan akan terasa lebih ringan. Sebaliknya, jika Anda berpikiran negatif, hal-hal negatif akan menimpa Anda. Hal ini adalah hukum universal, seperti layaknya hukum gravitasi atau pertukaran energi. Tidak akan mudah untuk mengubah pola pikir Anda, namun usahanya sebanding dengan hasil yang bisa Anda petik.

4. Fokus pada hal-hal positif
Ketika kita sedang sedang berpikiran negatif, seringkali kita lupa akan apa yang kita miliki dan lebih berfokus pada apa yang tidak kita miliki. Buatlah sebuah jurnal rasa syukur. Tidak masalah waktunya, tiap hari tulislah lima enam hal positif yang terjadi pada hari tersebut. Hal positif itu bisa berupa hal-hal besar ataupun sekadar hal-hal kecil seperti 'hari ini cerah' atau 'makan sore hari ini menakjubkan'. Selama Anda tetap konsisten melakukan kegiatan ini, hal ini mampu mengubah pemikiran negatif Anda menjadi suatu pemikiran positif. Dan ketika Anda mulai merasa berpikiran negatif, baca kembali jurnal tersebut.

5. Bergeraklah
Berolahraga melepaskan endorphin yang mampu membuat perasaaan Anda menjadi lebih baik. Apakah itu sekadar berjalan mengelelingi blok ataupun berlari sepuluh kilometer, aktifitas fisik akan membuat diri kita merasa lebih baik. Ketika Anda merasa down, aktifitas olahraga lima belas menit dapat membuat Anda merasa lebih baik.

6. Hadapi rasa takutmu
Perasaan negatif muncul dari rasa takut, makin takut Anda akan hidup, makin banyak pikiran negatif dalam diri Anda. Jika Anda takut akan sesuatu, lakukan sesuatu itu. Rasa takut adalah bagian dari hidup namun kita memiliki pilihan untuk tidak membiarkan rasa takut menghentikan kita.

7. Ubah cara pandang
Ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik, cari cara untuk melihat hal tersebut dari sudut pandang yang lebih positif. Dalam setiap tantangan terdapat keuntungan, dalam setiap keuntungan terdapat tantangan.