Oleh: Amirul Bakhri (105112007)
A. Pendahuluan
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga
dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan
akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan
mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan,
pelaksanaan serta hasilnya. Pemahaman terhadap dasar-dasar evaluasi
dapat membantu para pengembang kurikulum untuk merancang evaluasi yang
sesuai kajian-kajian teoritis yang relevan. Evaluasi dalam pengajaran
tidak semata-mata dilakukan terhadap hasil belajar, tetapi juga harus
dilakukan revisi desain pengajaran itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas bagaimana evaluasi itu
dari segi: pengertian, sejarah perkembangan evaluasi, klarifikasi
evaluasi menjadi dua (evaluasi formatif dan sumatif) beserta contoh dari
kedua macam klarifikasi tersebut. Dengan demikian akan menjadikan
pemahaman kita tentang kedua klarifikasi tersebut dan bisa menjadi
patokan kita dalam menjalankan kedua evaluasi tersebut dalam lingkungan
sekolah.
B. Pengertian Evaluasi
Secara harfiah, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yakni
evaluation; dalam bahasa Arab berarti al-taqdîr (التقدير); dalam bahasa
Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value; dalam bahasa
Arab berarti al-qîmah (القيمة); dalam bahasa Indonesia berarti nilai.
Dengan demikian, secara harfiah evaluasi pendidikan adalah penilaian
dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan kegiatan pendidikan. (Sudijono, 2007: 1)
Adapun dari segi istilah, terdapat berbagai definisi yang diungkap oleh
para ahli. Di antaranya adalah seperti yang dikatakan Anas Sudijono,
yang mengutip Edwind Wandt dan Gerald W. Brown mengatakan evaluation
refer to the act or process to determining the value of something
(evaluasi menunjukkan kepada atau mengandung pengertian suatu tindakan
atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu). (Sudijono, 2007:
1) Sedangkan menurut Rusman, dia mengutip berbagai definisi tentang
evaluasi sebagai berikut: Gronlund mengatakan bahwa proses yang
sistematis dari pengumpulan, analisis dan interpretasi informasi atau
data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan
pembelajaran. Hopkins dan Antes mengatakan evaluasi adalah pemeriksaan
secara terus menerus untuk mendapatkan informasi yang meliputi siswa,
guru, program pendidikan, dan proses belajar mengajar untuk mengetahui
tingkat perubahan siswa dan ketepatan keputusan tentang gambaran siswa
dan ketepatan keputusan tentang gambaran siswa dan efektifitas program.
MacDonald berpendapat bahwa evaluation is the process of conceiving,
obtaining and communicating information for guidance of educational
decision making with regard to a specified programme (evaluasi adalah
proses memahami, memperoleh dan memberitahukan informasi untuk bimbingan
pendidikan dengan membuat keputusan untuk sebuah program yang telah
ditetapkan). Menurut Morrison, evaluasi adalah perbuatan pertimbangan
berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat
dipertanggungjawabkan. (Rusman, 2009: 93) Dari berbagai definisi
tersebut, dapat dikatakan bahwa evaluasi dalam pendidikan adalah sebagai
berikut:
1. Proses atau kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan dengan tujuan yang telah ditentukan.
2. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan.
C. Sejarah Perkembangan Evaluasi Pendidikan
Pemahaman tentang dasar-dasar evaluasi dapat membantu para pengembang
kurikulum dalam merencanakan evaluasi yang berada dalam pendidikan.
Untuk meningkatkan evaluasi, perlu diketahui bagaimana sejarah
perkembangan evaluasi dari masa ke masa. Berikut ini adalah perkembangan
evaluasi sebagaimana dikutip oleh Rusman:
1. Masa pertama, dipelopori oleh Bobbit (tahun 1918) dan Charles (tahun
1923), evaluasi dipusatkan pada pengukuran prestasi akademik siswa.
Evaluasi ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan tujuan
pembelajaran berkenaan dengan prestasi spesifik siswa. Evaluasi
difokuskan dalam mengukur apakah tujuan pembelajaran sudah dicapai. Tipe
evaluasi ini merefleksikan pertumbuhan minat dalam ilmu perilaku. Tes
psikologis dan intelegensi digunakan untuk menetukan bakat belajar dan
untuk menemukan penjelasan mengapa siswa menghadapi kesulitan ketika
belajar. Ketika siswa gagal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan, kegagalan dianggap terletak pada siswa, bukan pada
kurikulum.
2. Masa kedua, dimulai pada tahun 1940 dengan garapan komisi relasi
sekolah dan lembaga. Ralph Tyler dan kelompok asosiasinya mengembangkan
landasan filosofis evaluasi yang menekankan ranah kognitif yang lebih
tinggi dan tujuan pembelajaran afektif. Mereka juga menunjukkan bahwa
tujuan pembelajaran bisa menjadi sasaran untuk pengukuran. Dengan adanya
dasar filosofis baru berkenaan dengan evaluasi, telah terjadi
pergerakan menuju pengembangan program kelas pada satu tingkatan daerah
sehingga evaluasi lebih berbasis kelas. Dengan adanya dasar filosofis
baru berkenaan dengan evaluasi, telah terjadi pergerakan menuju
pengembangan program kelas pada satu tingkatan daerah sehingga evaluasi
lebih berbasis kelas. Hal ini berarti bahwa guru bisa mengonstruksi
tesnya sendiri yang digunakan untuk mengevaluasi secara lokal kurikulum
yang dikembangkan. Tes ini juga bisa digunakan untuk memberi informasi
terhadap siswa secara individu mengenai kekuatan dan kelemahannya.
3. Masa ketiga, ditandai dengan peluncuran Sputniktahun 1957. Pada masa
ini terjadi berbagai macam perubahan seperti pembelajaran inquiry
(penyelidikan), pendekatan-pendekatan discovery (penemuan), keterampilan
pemecahan masalah dan variasi metodologi. Cronbach yang dikutip oleh
Rusman mengarahkan pembaharuan evaluasi dengan pendapat sebagai berikut:
Sejauh mungkin, evaluasi harus digunakan untuk memahami bagaimana
kegiatan menghasilkan efek-efek dan parameter apa yang mempengaruhi
efektivitas dan harapannya. Studi evaluasi berjalan melebihi laporan
kegiatan dan membantu kita memahami pembelajaran dalam pendidikan.
evaluasi akan menegaskan apa yang mengubah hasil kegiatan dan harus
mengidentifikasi berbagai aspek dari kegiatan yang membutuhkan revisi.
Hasil yang diamati bisa meliputi hasil umum yang berada jauh di luar isi
kurikulum itu sendiri, sikap, pilihan karir, pemahaman umum, kekuatan
intelektual, dan bakat untuk belajar lebih lanjut pada satu bidang.
(Rusman, 2009: 91-93)
D. Klasifikasi Evaluasi
Klasifikasi atau penggolongan evaluasi dalam bidang pendidikan sangat
beragam. Sangat beragamnya ini disebabkan karena sudut pandang yang
saling berbeda dalam melakukan kalsifikasi tersebut. Dalam hal ini,
klasifikasi tentang evaluasi yang akan penulis jelaskan adalah evaluasi
formatif dan sumatif.
1. Evaluasi Formatif
Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di
tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu
dilaksanakan pada setiap kali satuan pembelajaran atau subpokok bahasan
dapat diselesaikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta
didik “telah terbentuk” sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah
ditentukan. (Sudijono, 2007: 23) Untuk membahas evaluasi formatif ini,
seperti yang Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi katakan dalam bukunya
“Pengelolaan Pengajaran”, (Rohani dan Ahmadi, 1991: 173-175) perlu
meninjau dari berbagai segi sehingga akan mudah memahami bagaimana
sebenarnya evaluasi ini. di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Formatif
Fungsi dari evaluasi formatif adalah untuk memperbaiki proses belajar-mengajar.
b. Manfaat Evaluasi
Dalam evaluasi formatif ini, ada beberapa manfaat yang dingkap oleh
Suharsimi Arikunto yaitu manfaat bagi siswa, guru dan program sekolah
yang penjabarannya sebagai berikut:
1) Manfaat bagi siswa:
a) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh atau belum
b) Merupakan penguatan bagi siswa dan memperbesar motivasi siswa untuk belajar giat
c) Untuk perbaikan belajar siswa
d) Sebagai diagnosa kekurangan dan kelebihan siswa
2) Manfaat bagi guru:
a) Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa
b) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum dikuasai siswa
3) Manfaat bagi program sekolah:
a) Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat atau tidak
b) Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan
c) Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai atau tidak
d) Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat atau tidak (Arikunto, 1996: 34-36)
c. Waktu Pelaksanaan
Sesuai dengan fungsi dan tujuan evaluasi formatif, maka evaluasi ini
dilakukan untuk menilai hasil belajar jangka pendek dari suatu proses
belajar mengajar atau pada akhir unit pelajaran yang singkat yaitu
satuan pelajaran. Sebab perbaikan belajar mengajar itu hanya mungkin
jika dilakukan secara sistematis dan bertahap.
d. Aspek Tingkah Laku Yang Dinilai
Aspek tingkah laku yang dinilai dari evaluasi formatif ini cenderung
terbatas pada segi kognitif (pengetahuan) dan psikomotor (ketrampilan)
yang terkandung dalam tujuan khusus pelajaran. Untuk menilai segi
afektif (sikap dan nilai), maka penggunaan penilaian formatif tidaklah
tepat. Sebab untuk menilai perkembangan segi afektif ini diperlukan
periode pengajaran yang cukup panjang.
e. Cara Menyusun Soal
Sesuai dengan fungsi evaluasi formatif, maka evaluasi ini harus disusun
dengan sedemikian rupa sehingga benar-benar mengukur tujuan khusus
pengajaran yang dicapai. Oleh karena itu, soal harus dibuat secara
langsung dengan menjabarkantujuan khusus pengajaran ke dalam bentuk
pertanyaan. Pada evaluasi formatif ini, masalah tingkat kesukaran dan
daya pembeda tiap-tiap soal tes tidak begitu penting.
f. Pendekatan Evaluasi Yang Digunakan
Sesuai dengan fungsi evaluasi formatif, maka sasaran penilaian adalah
kecakapan nyata setiap peserta didik. Oleh karena itu, pendekatan dalam
penilaian evaluasi formatif adalah penilaian yang bersumber pada
kriteria mutlak.
g. Cara Pengolahan Hasil Evaluasi
Ada beberapa cara pengolahan hasil evaluasi formatif. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:
i. Menghitung presentase peserta didik yang gagal dalam setiap soal.
Dengan melihat hasil presentase ini, guru akan dapat mengetahui sejauh
mana tujuan khusus pengajaran (TKP) yang bersangkutan dengan soal telah
dicapai atau dikuasai oleh kelas.
ii. Menghitung presentase penguasaan kelas atas bahan yang telah
disajikan. Dengan kata lain, berapa persen kah dari bahan yang telah
disajikan itu dikuasai kelas. Cara pengolahan ini bertujuan untuk
mendapatkan keterangan, apakah keterangan apakah kriteria keberhasilan
belajar yang diharapkan telah tercapai.
iii. Menghitung presentase jawaban yang benar yang dicapai setiap
peserta didik dalam tes secara keseluruhan. Dengan angka presentase ini,
guru akan dapat mengetahui sampai berapa jauh penguasaan setiap peserta
didik atas bahan yang telah diajarkan. Dengan kata lain, sejauh mana
tingkat keberhasilan setiap peserta didik atas unit pengajaran yang
telah diajarkan ditinjau dari sudut kriteria keberhasilan belajar yang
diharapkan atau yang telah ditetapkan.
h. Penggunaan Hasil Evaluasi
Hasil pengolahan evaluasi formatif sebagaimana disebutkan di atas, dapat digunakan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut:
i. Atas dasar angka presentase peserta didik yang gagal dalam setiap
soal. Guru dapat mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang
bersangkutan dengan soal tes perlu dibicarakan lagi secara umum atau
tidak.
ii. Atas dasar angka presentase penguasaan kelas atas bahan yang telah
disajikan, guru dapat menilai dirinya sendiri mengenai kemampuannya
dalam mengajar. Jika angka itu belum mencapai kriteria keberhasilan
umpamanya, maka guru akan mencari sebabnya dan kemudian ia akan
memikirkan perbaikan-perbaikan apa yang perlu diadakan agar proses
belajar mengajar dapat berjalan secara efisien dan efektif sehingga
kriteria keberhasilan itu dapat tercapai.
iii. Dengan mengetahui presentase jawaban yang benar dari setiap peserta
didik dalam tes secara keseluruhan, guru dapat mengetahui kekuatan dan
kelemahan yang ada pada setiap peserta didik sehingga guru mendapat
bahan yang dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan apakah peserta
didik perlu dapat bantuan atau pelayanan khusus dari guru untuk
mengatasi kesulitan dalam belajar. (Rohani dan Ahmadi, 1991: 173-175)
i. Contoh Evaluasi Formatif
Berikut ini akan disajikan bentuk-bentuk contoh evaluasi formatif dengan berbagai pengolahan:
1) Mengolah hasil setiap tujuan khusus pengajaran (TKP)
TKP merupakan penjabaran dari pokok bahasan dalam satuan pengajaran.
Dalam pengelolaan ini, kita mencari presentase gagal pada setiap soal
dari keseluruhan peserta didik pengikut tes.
Misalnya: pada satuan pelajaran IPA untuk SD kelas V berdasarkan TKP-TKP
yang ada disusun soal-soal tes sebagai alat evaluasi. Setelah tes
dilakukan, kita periksa dan kita hitung berapa persen peserta didik yang
gagal pada setiap soal.
Bidang pengajaran : IPA
Catur wulan : I
Kelas : V
Jumlah peseta didik : 40 orang
Pokok bahasan :
- tumbuh tumbuhan dan peristiwa alam
- hewan dan peristiwa alam
Soal-soal tes Presentase peserta didik yang gagal
1. Sebutkan manfaat hutan bagi manusia ? 25 %
2. Apakah yang terjadi ketika terjadi penebangan hutan secara liar ? 10 %
Soal no 1. Dari 40 orang pengikut tes terdapat 30 orang peserta didik
yang menjawab dengan tepat. Ini berarti ada 10 orang peserta didik yang
gagal.
Jadi: 10 x 100 % = 25 % peserta didik yang gagal.
40
2) Mengolah hasil evaluasi sebagai nilai harian
Pada pengolahan evaluasi ini, pengolahan didasarkan atas “ukuran mutlak” dengan mempergunakan rumus:
s.a = s.r x 10
s.i
s.a: skor akhir
s.r: skor real
s.i: skor ideal
10: skor 1-10
Skor akhir yang diperoleh peserta didik ialah skor ideal atau skor yang
berupa raw score (skor mentah) yang dicapainya, dibagi dengan skor ideal
(skor tertinggi yang mungkin dicapai bila semua soal dikerjakan benar),
kemudian hasil baginya dikalikan 10 (bila menggunakan skala 10 atau
dikalikan dengan 100 (bila menggunakan skala 100). Kalau peserta didik
(Abdullah) memperoleh dari 20 soal tersebut skor realnya 86, maka nilai
akhir peserta didik tersebut adalah:
86 x 10 = 8.6 (dalam skala 10)
100
2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah sekumpulan
progrm pelajaran selesai diberikan. Dengan kata lain evaluasi yang
dilaksanakan setelah seluruh unit pelajaran selesai diajarkan. Adapun
tujuan utama dari evaluasi sumatif ini adalah untuk menentukan nilai
yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh
program pengajaran dalam jangka waktu tertentu. (Sudijono, 2007: 23)
Seperti halnya evaluasi formatif yang dikatakan Ahmad Rohani dan Abu
Ahmadi dalam bukunya “Pengelolaan Pengajaran”, (Rohani dan Ahmadi, 1991:
176-179), untuk membahas evaluasi sumatif ini, perlu meninjau dari
berbagai segi sehingga akan mudah memahami bagaimana sebenarnya evaluasi
ini. di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Evaluasi Sumatif
Fungsi evaluasi sumatif ini adalah untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar peserta didik.
b. Manfaat Evaluasi Sumatif
Berikut ini merupakan beberapa manfaat yang didapat dari evaluasi sumatif:
1) Untuk menentukan nilai
2) Untuk menentukan seseorang anak dapat atau tidak mengikuti kelompok dalam menerima program berikutnya
3) Untuk mengisi catatan kemampuan siswa (Arikunto, 1996: 36)
c. Waktu Pelaksanaan
Sesuai dengan fungsi evaluasi, maka evaluasi sumatif ini dilakukan untuk
menilai hasil belajar jangka panjang dari suatu proses belajar mengajar
seperti pada akhir program pengajaran.
d. Aspek Tingkah Laku Yang Dinilai
Karena evaluasi sumatif merupakan untuk menilai hasil jangka panjang,
maka aspek tingkah laku yang dinilai harus meliputi segi kognitif
(pengetahuan), psikomotor (ketrampilan) dan afektif (sikap dan nilai).
e. Cara Menyusun Soal
Penilaian sumatif ini merupakan evaluasi yang dilakukan pada akhir
program pengajaran. Ini berarti bahan pengajaran yang menjadi sasaran
penilaian cukup luas dan banyak. Oleh karena itu, tidak efisien jika
soal-soalnya disusun atas dasar tujuan khusus pengajaran (TKP) seperti
pada evaluasi formatif. Akan tetapi penyusunan soal-soalnya harus
didasarkan pada tujuan umum pengajaran (TUP) yang ada di dalam program
pengajaran tersebut.
Selanjutnya, karena tujuan evaluasi sumatif itu untuk menentukan angka
kemajuan setiap peserta didik yang di antaranya untuk menentukan
kenaikan kelas atau lulus tidaknya, maka masalah tingkat kesukaran soal
harus diperhatikan. Artinya, soal-soal itu harus disusun sedemikian rupa
sehingga mencakup yang mudah, sedang dan sukar yang jumlahnya
perbandingannya sekitar 3 : 5 : 2, perbandingan ini tidak harus mutlak
demikian. Masalah tingkat kesukaran soal ini dimaksudkan agar hasil
penilaian dapat memberi gambaran mengenai tingkat kecerdasan atau
kemampuan atau kepandaian tiap-tiap peserta didik atas dasar klasifikasi
kurang, sedang dan pandai.
Di samping masalah tingkat kesukaran soal, pada evaluasi sumatif ini
diperhatikan daya pembeda dari setiap soal. Artinya setiap soal harus
mempunyai daya untuk membedakan peserta didik yang pandai dengan yang
kurang atau tidak pandai. Tapi tingkat kesukaran dan daya pembeda suatu
soal itu hanya dapat diketahui melalui analisis soal setelah tes itu
dicobakan. Untuk itu perlu diperhatikan pengetahuan lebih lanjut
mengenai teknik penilaian pendidikan yang menyangkut masalah “analisis
soal”.
f. Pendekatan Evaluasi Yang Digunakan
Pada evaluasi sumatif, ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam
menilai: 1) penilaian yang bersumber pada kriteria mutlak dan 2)
penilaian yang bersumber pada norma relatif (kelompok)
g. Cara Pengolahan Hasil Evaluasi
Karena pada evaluasi sumatif ini ada dua pendekatan dalam mengevaluasi, maka pengolahan hasilnya pun ada dua cara:
1) Pengolahan hasil evaluasi berdasarkan ukuran mutlak. Jika pengolahan
hasil evaluasi itu berdasarkan ukuran atau kriteria mutlak, maka yang
harus dicari adalah presentase jawaban benar yang dicapai oleh setiap
peserta didik.
2) Pengolahan hasil evaluasi berdasarkan norma relatif (kelompok). Untuk
mengolah hasil evaluasi yang berdasarkan norma relatif, digunakan
nilai-nilai yang standar seperti skala nilai 0 – 10 atau skala nilai 0 –
100. Untuk merubah nilai atau skor mentah ke dalam skor terjabar
berdasarkan skala penilaian tertentu, maka prosedur atau langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Menyusun distribusi atau frekwensi skor yang diperoleh peserta didik
b) Menghitung angka rata-rata
c) Menghitung standar devisi
d) Mengubah skor ke dalam skala penilaian yang dikehendaki
h. Penggunaan Hasil Evaluasi
Pada evaluasi sumatif, hasilnya digunakan antara lain sebagai berikut:
a) Menentukan kenaikan kelas
b) Menentukan angka raport
c) Mengadakan seleksi
d) Menentukan lulus tidaknya peserta didik
e) Mengetahui status setiap peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lainnya dalam kelompok yang sama
i. Contoh Evaluasi Sumatif
Berikut ini akan disajikan bentuk-bentuk contoh evaluasi sumatif dengan berbagai pengolahan: (Rohani dan Ahmadi, 1991: 192-194)
1) Pengolahan berdasarkan “ukuran mutlak”
Pengolahan skor mentah (raw score) dengan ukuran mutlak dalam standar atau skala 10 dengan mempergunakan ketentuan rumus
s.a = s.r x 10
s.i
s.a: skor akhir
s.r: skor real
s.i: skor ideal
10: skor 1-10
Contoh:
Di dalam evaluasi sumatif dari suatu bidang pengajaran dibuat soal-soal sebagai berikut:
a) Tes bentuk B – S : 30 soal, skor 1 untuk setiap soal yang benar
b) Tes bentuk pilihan jamak : 50 soal, n = 3 skor 1 per soal yang benar
c) Tes bentuk uraian : 4 soal, skor 5 untuk setiap soal yang benar dan memakai bobot 2 soal mudah berbobot 1 masing-masingnya.
- 1 soal sedang berbobot 2
- 1 soal sukar berbobot 3
Skor tertinggi yang mungkin dicapai peserta (disebut juga skor ideal) dari tes tersebut adalah sebagai berikut:
a) Tes benar – salah : 30 x 1 = 30
b) Tes pilihan jamak : 50 x 2 = 100
c) Tes bentuk uraian : 2 mudah : 2 x 5 x 1 = 10
1 sedang : 1 x 5 x 2 = 10
1 sukar : 1 x5 x 3 = 15
Jumlah skor ideal = 165
Di antara peserta didik suatu kelas yaitu kelas A, B dab C berhasil mengerjakan soal-soal tes sebagai berikut:
nama Benar-salah Pilihan jamak Bentuk uraian
dibuat benar Dibuat benar Skor no 1 2 3 4
A 30 21 49 31 5 5 3 2
B 25 21 40 31 5 5 3 2
C 25 25 35 30 5 4 5 4
Skor mentah (raw score) mereka masing-masing, bila dengan “rumus tebakan” (untuk B-S dan pilihan jamak) adalah sebagai berikut:
Si A = (21 – 9) x 1 + (31 – 18 ) x 2 + (10 x 1) + (3 x 2) + (2 x 3) = 78
3 – 1
Si B = (21 – 4) x 1 + (31 – 9 ) x 2 + (10 x 1) + (3 x 2) + (3 x 3) = 95
3 – 1
Si C = (25 – 0) x 1 + (30 – 5 ) x 2 + (9 x 1) + (5 x 2) + (5 x 3) = 111
3 – 1
Skor akhir A = 78 x 10 = 4,72 (atau 5)
165
Skor akhir B = 95 x 10 = 5,75 (atau 6)
165
Skor akhir C = 111 x 10 = 6,72 (atau 7)
165
2) Pengolahan berdasarkan “ukuran relatif (kelompok)”
Pengolahan yang berdasarkan ukuran relatif ini ditujukan untuk menilai /
mengukur prestasi seseorang dibandingkan dengan nilai prestasi
rata-rata dari kelompoknya. Dengan kata lain, pengolahan yang
berdasarkan ukuran relatif menentukan kedudukan peserta didik
masing-masing di dalam kelasnya. Karena pengukuran “prestasi seseorang”
dalam pengolahan berdasarkan ukuran relatif ini dibandingkan dengan
hasil rata-rata kelompok dalam bilangan, maka kita pergunakan
teknik-teknik statistik yang sederhana yaitu teknik menyusun distribusi
frekuensi.
Teknik Menyusun Distribusi Frekuensi
Distribusi: penyebaran
Frekuensi: berapa kali datang yang sejenis pada suatu saat tertentu,
atau berapa banyaknya yang sejenis pada suatu kelompok atau berapa kali
suatu kelompok muncul dalam kelompok angka atau skor tertentu.
(1) Data yang mempunyai frekuensi sama
Hasil tes 8 orang peserta didik adalah sebagai berikut:
Pada data sebelah kiri ini kita lihat, bahwa setiap angka hanya
diperoleh seorang peserta didik. Frekuensi setiap angka sama yaitu satu.
(2) teknik menyusun distribusi frekuensi tidak sama
pada suatu tes, 10 orang peserta didik memperoleh skor sebagai berikut:
dari data hasil tes seperti contoh di samping, ternyata:
yang memperoleh angka 75 = 1 orang
yang memperoleh angka 65 = 2 orang
yang memperoleh angka 60 = 4 orang
yang memperoleh angka 56 = 2 orang
yang memperoleh angka 55 = 1 orang
E. Perbedaan Evaluasi Formatif Dan Sumatif
Seperti yang dikatakan Rusman mengutip pendapatnya Scriven, dia
(Scriven) telah membuat perbedaan antara evaluasi sumatif dan formatif.
Dalam evaluasi sumatif, evaluasi berfungsi untuk menetapkan keseluruhan
penilaian program. Termasuk menilai keseluruhan manfaat program tertentu
dalam hubungannya dengan kontribusi terhadap kurikulum sekolah secara
total. Dalam evaluasi formatif meliputi pembuatan penilaian dan usaha
untuk menentukan sebab-sebab khusus. Informasi yang diperoleh dalam
evaluasi formatif memberi kontribusi terhadap revisi program. Ini
memungkinkan pengembang kurikulum untuk mengubah dan mengembangkan
kurikulum sebelum menetapkan bentuk final. Perbedaan yang mendasar
antara dua tipe evaluasi ini menyangkut bagaimana evaluasi diperlakukan,
apa yang akan dievaluasi dan bagaimana hasilnya akan digunakan.
(Rusman, 2009: 101)
F. Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. Juli 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Cet 12. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto, M. Ngalim. 1988. Prinsip-Prinsip dan Teknik-Teknik Evaluasi Pengajaran. Cet 2. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi. Januari 1991. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Rosyadi, Khoiron. November 2004. Pendidikan Profetik. Cet 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Edisi 2. Jakarta: Rajawali Press.
Silveirus, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Edisi 7. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Toha, M. Chabib. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Cet 5. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Jumat, 31 Mei 2013
Sabtu, 25 Mei 2013
Islamic Motivation
Teruntuk insan yang hatinya sedang diremukkan
Sapu air matamu yang mengalir deras
Redam bara emosi yang bergejolak memanas
Engkau tercipta bukan untuk menangisi zaman.
Ataupun menyesali duka lara
Usah tenggelam dalam kubangan nestapa
Jika cintamu mengalami kegagalan
Jika ta’arufmu kandas di jalan.
Tersenyumlah...
Awan hitam selalu menyimpan pelangi
Begitupun Sang Penggenggam nyawa
Dia selalu punya rahasia dan bijaksana
untuk membuat dewasa makhluk_NYA.
Cinta suci sedang menunggumu
Tetapi engkau harus sabar menantikan
Cinta itu akan menjemputmu
Di masa yang telah DIA rencanakan.
Teruntuk yang hatinya sedang diremukkan
Jangan berikan celah pada syaitan
yang membuat semangatmu terlemahkan
Perihnya duka bukanlah isyarat runtuhnya langit
Ataupun robeknya kulit bumi.
ALLAH menempa pribadi tangguhmu
Dalam butiran air matamu
Dalam jeritan derita batinmu
Dalam rintihan sesaknya nafasmu.
Teruntuk yang hatinya sedang diremukkan
Pasang surut laut adalah kepastian
Tawa dan tangis adalah kewajaran
Takdir_NYA menjadikan makhluk berpasangan.
Sebuah ketetapan Sang Penguasa
Jika engkau tak dapatkan pasangan di dunia
Bukan berarti ALLAH memberimu petaka
Tapi Dia sedang menyiapkan makhluk terindah
Yang menantimu di Jannah
Yang kan menemani jiwamu yang resah
Tersenyumlah...
Dalam kesabaran munajat panjangmu
Meski tajamnya duri mencabik-cabik lukamu
Meski remuk redam menyerang hatimu....
InsyaAllah ^^
Teruntuk insan yang hatinya sedang diremukkan
Sapu air matamu yang mengalir deras
Redam bara emosi yang bergejolak memanas
Engkau tercipta bukan untuk menangisi zaman.
Ataupun menyesali duka lara
Usah tenggelam dalam kubangan nestapa
Jika cintamu mengalami kegagalan
Jika ta’arufmu kandas di jalan.
Tersenyumlah...
Awan hitam selalu menyimpan pelangi
Begitupun Sang Penggenggam nyawa
Dia selalu punya rahasia dan bijaksana
untuk membuat dewasa makhluk_NYA.
Cinta suci sedang menunggumu
Tetapi engkau harus sabar menantikan
Cinta itu akan menjemputmu
Di masa yang telah DIA rencanakan.
Teruntuk yang hatinya sedang diremukkan
Jangan berikan celah pada syaitan
yang membuat semangatmu terlemahkan
Perihnya duka bukanlah isyarat runtuhnya langit
Ataupun robeknya kulit bumi.
ALLAH menempa pribadi tangguhmu
Dalam butiran air matamu
Dalam jeritan derita batinmu
Dalam rintihan sesaknya nafasmu.
Teruntuk yang hatinya sedang diremukkan
Pasang surut laut adalah kepastian
Tawa dan tangis adalah kewajaran
Takdir_NYA menjadikan makhluk berpasangan.
Sebuah ketetapan Sang Penguasa
Jika engkau tak dapatkan pasangan di dunia
Bukan berarti ALLAH memberimu petaka
Tapi Dia sedang menyiapkan makhluk terindah
Yang menantimu di Jannah
Yang kan menemani jiwamu yang resah
Tersenyumlah...
Dalam kesabaran munajat panjangmu
Meski tajamnya duri mencabik-cabik lukamu
Meski remuk redam menyerang hatimu....
InsyaAllah ^^
Sapu air matamu yang mengalir deras
Redam bara emosi yang bergejolak memanas
Engkau tercipta bukan untuk menangisi zaman.
Ataupun menyesali duka lara
Usah tenggelam dalam kubangan nestapa
Jika cintamu mengalami kegagalan
Jika ta’arufmu kandas di jalan.
Tersenyumlah...
Awan hitam selalu menyimpan pelangi
Begitupun Sang Penggenggam nyawa
Dia selalu punya rahasia dan bijaksana
untuk membuat dewasa makhluk_NYA.
Cinta suci sedang menunggumu
Tetapi engkau harus sabar menantikan
Cinta itu akan menjemputmu
Di masa yang telah DIA rencanakan.
Teruntuk yang hatinya sedang diremukkan
Jangan berikan celah pada syaitan
yang membuat semangatmu terlemahkan
Perihnya duka bukanlah isyarat runtuhnya langit
Ataupun robeknya kulit bumi.
ALLAH menempa pribadi tangguhmu
Dalam butiran air matamu
Dalam jeritan derita batinmu
Dalam rintihan sesaknya nafasmu.
Teruntuk yang hatinya sedang diremukkan
Pasang surut laut adalah kepastian
Tawa dan tangis adalah kewajaran
Takdir_NYA menjadikan makhluk berpasangan.
Sebuah ketetapan Sang Penguasa
Jika engkau tak dapatkan pasangan di dunia
Bukan berarti ALLAH memberimu petaka
Tapi Dia sedang menyiapkan makhluk terindah
Yang menantimu di Jannah
Yang kan menemani jiwamu yang resah
Tersenyumlah...
Dalam kesabaran munajat panjangmu
Meski tajamnya duri mencabik-cabik lukamu
Meski remuk redam menyerang hatimu....
InsyaAllah ^^
Jumat, 24 Mei 2013
Macam-macam Fungsi Hamzah Didalam Bahasa ‘Arab
Macam-macam Fungsi Hamzah Didalam Bahasa ‘Arab
(Bagian Pertama)
Hamzah [ ء ] merupakan huruf pertama dalam pengucapan abjadiyah ‘arab, yang memiliki beberapa fungsi dalam bahasa ‘Arab, diantaranya :
- Hamzah Taswiyah pada ayat diatas jika dirangkai bersama dengan fi’il yang terletak setelahnya yaitu : جَزِعْنَا (menjadi : أَ جَزِعْنَا ) maka dapat dita`wilkan kedalam bentuk mashdar yang berfungsi menggantikan posisi fi’il جَزِعْنَا tersebut, sehingga menjadi :
- Artinya “sama saja bagi kita keluhan kita atau kesabaran kita”.
- Adapun cara mengi’rabnya adalah sebagai berikut :
سَوَاءٌ : khabar muqaddam / marfu’ / bidh dhammah.
عَلَيْ : harfu jarr / mabniy / ‘alas sukun.
نَا : dhamir / mabniy / ‘alas sukun / fi mahalli jarr (ism majrur).
جَزَعُ : mubtada` mu`akhkhar / marfu’ / bidhdhammah (wa huwa mudhaf).
نَا : dhamir / mabniy / ‘alas sukun / fi mahalli jarr (mudhaf ilaih).
أَمْ : harfu ‘athf / mabniy / ‘alas sukun.
صَبرُ : ma’thuf ‘ala جَزَعُ / marfu’ / bidh dhammah (wa huwa mudhaf).
نَا : dhamir / mabniy / ‘alas sukun / fi mahalli jarr (mudhaf ilaih).
- Dan jika kita mengembalikan posisi mubtada` menjadi diawal jumlah (posisi ashlinya), maka jumlah tersebut akan menjadi :
- Artinya “keluhan kita atau kesabaran kita sama saja bagi kita”.
- Adapun cara mengi’rabnya adalah sebagai berikut :
جَزَعُ : mubtada` / marfu’ / bidhdhammah (wa huwa mudhaf).
نَا : dhamir / mabniy / ‘alas sukun / fi mahalli jarr (mudhaf ilaih).
أَمْ : harfu ‘athf / mabniy / ‘alas sukun.
صَبرُ : ma’thuf ‘ala جَزَعُ / marfu’ / bidh dhammah (wa huwa mudhaf).
نَا : dhamir / mabniy / ‘alas sukun / fi mahalli jarr (mudhaf ilaih).
سَوَاءٌ : khabar / marfu’ / bidh dhammah.
عَلَيْ : harfu jarr / mabniy / ‘alas sukun.
نَا : dhamir / mabniy / ‘alas sukun / fi mahalli jarr (ism majrur).
Pertanyaan diatas dijawab dengan cara menentukan atau memilih antara : زَيْدٌ atau حَامِدٌ .
- Adapun cara mengi’rabnya adalah sebagai berikut :
أَ : harfu istifham / mabniy / ‘alal fath.
زَيْدٌ : mubtada` / marfu’ / bidh dhammah.
مُسَافِرٌ : khabar / marfu’ / bidh dhammah.
أَمْ : harfu ‘athf / mabniy / ‘alas sukun.
حَامِدٌ : ma’thuf ‘ala زَيْدٌ / marfu’ / bidh dhammah.
b. Menanyakan tentang isnad (rangkaian jumlah mufidah), misalnya kita ingin menanyakan tentang jumlah jumlah mufidah berikut ini :
Artinya : “Zaid telah bersafar”.
Maka untuk menanyakan tentang hal itu dengan menggunakan : أ (apakah) ada dua bentuk, yaitu :
*bentuk ke-1 (Hamzah tanpa diiringi harfu nafi) , contoh :
- Artinya : “apakah Zaid telah bersafar?”.
Pertanyaan diatas dijawab dengan salah satu dari dua jawaban berikut :
أَ : harfu istifham / mabniy / ‘alal fath.
سَافَرَ : fi’il madhi / mabniy / ‘alal fath.
زَيْدٌ : fa’il / marfu’ / bidh dhammah.
*bentuk ke-2 (Hamzah + huruf nafi), contoh :
- Artinya : “tidakkah Zaid bersafar?”.
Pertanyaan diatas dijawab dengan salah satu dari dua jawaban berikut :
أَ : harfu istifham / mabniy / ‘alal fath.
لَمْ : harfu nafi wa jazm / mabniy / ‘alas sukun.
يُسَافِرْ : fi’il mudhari’ / majzum / bis sukun.
زَيْدٌ : fa’il / marfu’ / bidh dhammah.
أَ : harfu nida` lil qarib / mabni / ‘alal fath.
زَيْدُ : munada / mabniy / ‘aladh dhamm / fi mahalli nashb (maf’ul bihi).
Catatan :
Perlu diketahui bahwa Jumlah Mufidah itu ada dua macam :
و الله أعلم و عليه التكلان
المراجع :
- القرآن الكريم (بقراءة حفص عن عاصم – رحمهما الله).
- المعجم المفصل في الإعراب (الأستاذ طاهر يوسف الخطيب)
- المعجم الوسيط (لجنة المعجم من للغويين)
Penulis: Kamal Abu Muhammad Al Medany
(Bagian Pertama)
Hamzah [ ء ] merupakan huruf pertama dalam pengucapan abjadiyah ‘arab, yang memiliki beberapa fungsi dalam bahasa ‘Arab, diantaranya :
هَمْزَةُ التَّسْوِيَةِ Hamzah Taswiyah
- هَمْزَةُ التَّسْوِيَةِ Hamzah Taswiyah : Hamzah yang terletak setelah kata سََوَاءٌ (yang artinya : “sama saja”, yaitu : dalam rangka menyamakan dua hal), dan dalam susunan seperti ini Hamzah tersebut harus disertai sebuat kata yang dinamai : أَمْ الْمُعَادَلَةِ (Am Mu’adalah, yang diartikan : “ataupun”), contohnya dalam Firman Allah –ta’ala- ketika Allah menceritakan tentang mustakbirin (orang-orang sombong) dimana pada hari kiamat kelak mereka akan berkata :
- Hamzah Taswiyah pada ayat diatas jika dirangkai bersama dengan fi’il yang terletak setelahnya yaitu : جَزِعْنَا (menjadi : أَ جَزِعْنَا ) maka dapat dita`wilkan kedalam bentuk mashdar yang berfungsi menggantikan posisi fi’il جَزِعْنَا tersebut, sehingga menjadi :
- Artinya “sama saja bagi kita keluhan kita atau kesabaran kita”.
- Adapun cara mengi’rabnya adalah sebagai berikut :
سَوَاءٌ : khabar muqaddam / marfu’ / bidh dhammah.
عَلَيْ : harfu jarr / mabniy / ‘alas sukun.
نَا : dhamir / mabniy / ‘alas sukun / fi mahalli jarr (ism majrur).
جَزَعُ : mubtada` mu`akhkhar / marfu’ / bidhdhammah (wa huwa mudhaf).
نَا : dhamir / mabniy / ‘alas sukun / fi mahalli jarr (mudhaf ilaih).
أَمْ : harfu ‘athf / mabniy / ‘alas sukun.
صَبرُ : ma’thuf ‘ala جَزَعُ / marfu’ / bidh dhammah (wa huwa mudhaf).
نَا : dhamir / mabniy / ‘alas sukun / fi mahalli jarr (mudhaf ilaih).
- Dan jika kita mengembalikan posisi mubtada` menjadi diawal jumlah (posisi ashlinya), maka jumlah tersebut akan menjadi :
- Artinya “keluhan kita atau kesabaran kita sama saja bagi kita”.
- Adapun cara mengi’rabnya adalah sebagai berikut :
جَزَعُ : mubtada` / marfu’ / bidhdhammah (wa huwa mudhaf).
نَا : dhamir / mabniy / ‘alas sukun / fi mahalli jarr (mudhaf ilaih).
أَمْ : harfu ‘athf / mabniy / ‘alas sukun.
صَبرُ : ma’thuf ‘ala جَزَعُ / marfu’ / bidh dhammah (wa huwa mudhaf).
نَا : dhamir / mabniy / ‘alas sukun / fi mahalli jarr (mudhaf ilaih).
سَوَاءٌ : khabar / marfu’ / bidh dhammah.
عَلَيْ : harfu jarr / mabniy / ‘alas sukun.
نَا : dhamir / mabniy / ‘alas sukun / fi mahalli jarr (ism majrur).
هَمْزَةُ الْاِسْتِفْهَامِ Hamzah Istifham
- هَمْزَةُ الْاِسْتِفْهَامِ Hamzah Istifham : Hamzah yang dipakai untuk :
a. Menanyakan tentang salah satu dari dua hal atau lebih dalam rangka ta’yin (menentukan atau memilih jawaban), contohnya :
- Artinya : “apakah Zaid yang bersafar ataukah Hamid?”.Pertanyaan diatas dijawab dengan cara menentukan atau memilih antara : زَيْدٌ atau حَامِدٌ .
- Adapun cara mengi’rabnya adalah sebagai berikut :
أَ : harfu istifham / mabniy / ‘alal fath.
زَيْدٌ : mubtada` / marfu’ / bidh dhammah.
مُسَافِرٌ : khabar / marfu’ / bidh dhammah.
أَمْ : harfu ‘athf / mabniy / ‘alas sukun.
حَامِدٌ : ma’thuf ‘ala زَيْدٌ / marfu’ / bidh dhammah.
b. Menanyakan tentang isnad (rangkaian jumlah mufidah), misalnya kita ingin menanyakan tentang jumlah jumlah mufidah berikut ini :
Artinya : “Zaid telah bersafar”.
Maka untuk menanyakan tentang hal itu dengan menggunakan : أ (apakah) ada dua bentuk, yaitu :
*bentuk ke-1 (Hamzah tanpa diiringi harfu nafi) , contoh :
- Artinya : “apakah Zaid telah bersafar?”.
Pertanyaan diatas dijawab dengan salah satu dari dua jawaban berikut :
- نَعَمْ ، سَافَرَ زَيْدٌ : ya , Zaid telah bersafar, atau disingkat dengan : نَعَمْ saja.
- لاَ ، لَمْ يُسَافِرْ زَيْدٌ : tidak, Zaid tidak bersafar, atau disingkat dengan : لاَ saja.
أَ : harfu istifham / mabniy / ‘alal fath.
سَافَرَ : fi’il madhi / mabniy / ‘alal fath.
زَيْدٌ : fa’il / marfu’ / bidh dhammah.
*bentuk ke-2 (Hamzah + huruf nafi), contoh :
- Artinya : “tidakkah Zaid bersafar?”.
Pertanyaan diatas dijawab dengan salah satu dari dua jawaban berikut :
- نَعَمْ ، لَمْ يُسَافِرْ زَيْدٌ : ya , Zaid (memang) tidak bersafar, atau disingkat dengan : نَعَمْ saja.
- بَلَى ، سَافَرَ زَيْدٌ : tidak begitu, (bahkan) Zaid bersafar, atau disingkat dengan : >بَلَى saja.
أَ : harfu istifham / mabniy / ‘alal fath.
لَمْ : harfu nafi wa jazm / mabniy / ‘alas sukun.
يُسَافِرْ : fi’il mudhari’ / majzum / bis sukun.
زَيْدٌ : fa’il / marfu’ / bidh dhammah.
هَمْزَةُ النِّدَاءِ لِلْقَرِيْبِ Hamzah Nida` Lil Qarib
- هَمْزَةُ النِّدَاءِ لِلْقَرِيْبِ Hamzah Nida` Lil Qarib : Hamzah yang digunakan untuk memanggil seseorang yang berada dekat dengan sipemanggil, contohnya :
أَ : harfu nida` lil qarib / mabni / ‘alal fath.
زَيْدُ : munada / mabniy / ‘aladh dhamm / fi mahalli nashb (maf’ul bihi).
Catatan :
Perlu diketahui bahwa Jumlah Mufidah itu ada dua macam :
- Jumlah Ismiyyah, adalah : jumlah yang diawali dengan isim, contoh : الْوَلَدُ جَالِسٌdan jumlah ini memiliki dua rukun (kata yang harus ada sebagai syarat sempurnanya jumlah tersebut), yaitu :
- Mubtada`
- Khabar
- Jumlah Fi’iliyyah, adalah : jumlah yang diawali dengan fi’il, contoh : جَلَسَ الْوَلَدُdan jumlah ini memiliki dua rukun (kata yang harus ada sebagai syarat sempurnanya jumlah tersebut), yaitu :
- Fi’il
- Faa’il
و الله أعلم و عليه التكلان
المراجع :
- القرآن الكريم (بقراءة حفص عن عاصم – رحمهما الله).
- المعجم المفصل في الإعراب (الأستاذ طاهر يوسف الخطيب)
- المعجم الوسيط (لجنة المعجم من للغويين)
Penulis: Kamal Abu Muhammad Al Medany
Rabu, 15 Mei 2013
10 Daftar situs belajar Bahasa Arab online
Situs-situs ini memberikan materi pelajaran Bahasa Arab dari mulai tingkat dasar, tingkat menengah hingga tingkat lanjut.
1. Arabic
( arabic.web .id )
situs ini berisi kumpulan materi bahasa arab mulai dari dasar, menengah sampai lanjutan.
2. Nahwu
( nahwu .com )
ini adalah situs kursus bahasa arab online yang menggunakan metode elearning.
3. Arabion
( www.arabion .net/ indonesian/ index.html )
situs bahasa arab paling dasar karena memberikan materi mulai dari pengenalan huruf hijaiyah.
4. Arabindo
( www.freewebs .com/ arabindo/ isi.htm )
salah satu situ belajar yang sangat lengkap karena selain belajar kaidah, juga ditampilkan contoh hiwar (percakapan), dan bacaan berbahasa arab
5. Badar Muslim
( badar.muslim .or.id )
situs ini membahas tema-tema bahasa arab secara komprehensif dilengkapi dengan audio untuk setiap materinya.
6. PBA Al Dakwah
( pba.aldakwah .org )
situs ini menyajikan pelajaran bahasa arab percakapan dan tata bahasa dilengkapi dengan audio.
7. Kamus Java Kedaton
( kamus.javakedaton .com )
situs ini menyediakan kamus bahasa arab online
8. Subpok Bahasa Arab
( subpokbarab.wordpress .com )
Subpok Bahasa Arab merupakan salah satu subpok bahasa yang berada dibawah Pusdiklat Bahasa Badiklat Dephan RI. Berisi pelajaran bahasa arab dan juga materi berbahasa arab lainnya.
9. Nahwu Mudah
( nahwumudah .com )
situs ini menawarkan program pelajaran bahasa arab dalam bentuk flash
10. Lughotuna
( lughatuna .com )
situs ini menawarkan buku bahasa arab yang disusun secara sistematis
Semoga bermanfaat
Langganan:
Postingan (Atom)